Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) atau Bank Jatim mencatat transaksi berbasis digital semakin digemari para nasabah karena mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman menyampaikan transaksi di kantor cabang atau teller mengalami penurunan, karena para nasabah mulai beralih ke layanan digital banking.
Peningkatan transaksi tersebut membuat emiten bersandi saham BJTM itu akan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (Capex) senilai Rp269,5 miliar pada tahun ini.
Busrul mengatakan transaksi yang berbasis digital di Bank Jatim terus mengalami peningkatan yang cukup tajam, terutama pada mobile banking Jatim, yakni JConnect Mobile.
“Kami memberikan perhatian lebih kepada upaya peningkatan digital banking ini, sehingga di tahun ini kami akan anggarkan untuk fitur-fitur JConnect dengan anggaran lebih kurang Rp269,5 miliar, itu sudah termasuk infrastruktur IT [teknologi informasi],” kata Busrul di Jakarta, Senin (25/7/2022).
Jika dirinci dari tahun ke tahun, tepatnya pada 2019, transaksi mobile banking perseroan hanya mampu tumbuh 8,42 persen, sedangkan transaksi di teller tumbuh 19,14 persen. Satu tahun berikutnya, transaksi mobile banking mengalami peningkatan menjadi 15,87 persen, di sisi lain teller mengalami penyusutan menjadi 14,64 persen.
Baca Juga
Adapun pada tahun lalu atau 2021, transaksi mobile banking Bank Jatim terpantau naik 22,41 persen. Tahun yang sama, Bank Jatim mencatat transaksi di teller hanya tumbuh 12,25 persen.
Hingga Juni 2022, Busrul menuturkan transaksi mobile banking Bank Jatim menjadi 26,41 persen, sedangkan persentase pertumbuhan transaksi di teller menyusut menjadi 10,83 persen.
Tidak Ada PHK
Busrul mengatakan meskipun transaksi mobile banking di JConnect Mobile besutan perseroan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan membuat penurunan transaksi di kantor cabang, hal itu tidak menyebabkan Bank Jatim mengurangi jumlah pegawai.
“Kami sampaikan tidak ada pengurangan pegawai. Bahkan akhir-akhir ini, kami merekrut para pegawai karena memang infrastruktur atau SDM [sumber daya manusia] kami belum sebanding dengan potensi yang ada,” bebernya.
Busrul mengatakan hingga saat ini Bank Jatim memiliki sekitar 6.000 pegawai yang terrbagi menjadi pegawai tetap dan tenaga alih. Menurutnya, jumlah pegawai tersebut masih jauh dibandingkan dengan market di Jawa Timur.
“Kami tidak mengurangi pegawai, tapi kami melakukan switching, kami arahkan menjadi tenaga marketing sehingga tak ada unsur pengurangan pegawai,” ujarnya.