Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK: Sejak Krisis 1998, Transformasi Industri Asuransi Belum Tuntas

OJK menilai transformasi industri asransi belum tuntas sejak krisis 1998 di Indonesia. Apa penyebabnya?
Karyawan beraktivitas di depan logo Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Kamis (14/7/2022). Bisnis/Abdurachman
Karyawan beraktivitas di depan logo Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Kamis (14/7/2022). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti belum adanya transformasi yang signifikan di industri asuransi dalam dua dekade terakhir. Hal ini membuat perkembangan industri asuransi masih dibayangi oleh permasalahan-permasalahan fundamental.

"Industri perasuransian sejak kita krisis keuangan di 1997-1998 itu belum melakukan transformasi yang tuntas dalam industri itu sendiri. Berbeda dengan industri keuangan lainnya, seperti perbankan yang telah menata dan melakukan transformasi signifikan," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono dalam webinar Nasional Re 'Aktuaria Dalam Pengelolaan Bisnis Asuransi Menghadapi IFRS 17', Kamis (11/8/2022).

Ogi mencontohkan, dalam transformasi industri perbankan, kala itu industri dan pemerintah melakukan rekapitalisasi terhadap bank-bank bermasalah dengan menyuntikkan modal lebih dari Rp600 triliun ke industri perbankan.

Namun, dia mengatakan industri perasuransian belum atau tidak lakukan transformasi yang signifikan seperti yang dilakukan di industri perbankan.

"Oleh karena itu, perkembangan industri asuransi terakhir kita tahu terjadi permasalahan yang fundamental, yang perlu kita benahi secara bersama," tutur Ogi.

Di sisi lain, dia menuturkan kontribusi industri perasuransian terhadap produk domestik bruto (PDB) masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa potensi industri asuransi di Indonesia untuk tumbuh sangatlah besar.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, Ogi meyakini kebutuhan terhadap proteksi atau produk asuransi juga akan meningkat.

Besarnya potensi tersebut membuat industri asuransi di Indonesia memiliki daya tarik yang tinggi bagi pelaku-pelaku bisnis di asuransi. Sejak krisis 1998, kata Ogi, bermunculan perusahaan asuransi-asuransi baru yang melakukan joint venture dengan perusahaan asuransi global karena memang ingin mendapatkan bisnis dari potensi besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Di balik itu semua, dia menekankan masih terdapat banyak hal yang perlu dibenahi di industri asuransi. Dia pun mengajak semua pemangku kepentingan di industri asuransi untuk bersama-sama membangun industri perasuransian yang sehat, kuat, dan berkelanjutan.

"Kami akan bangun fondasi bagi industri asuransi yang sehat, kuat, dan sekaligus kita tidak boleh abaikan terhadap penyelesaian permasalahan perusahaan asuransi yang mengalami kesulitan, terkait isu permodalan, negatif RBC, pengaduan pemegang polis, dan lain-lain. Kita harus jaga industri perasuransian," ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper