Bisnis.com, JAKARTA - Platform teknologi finansial urun dana (securities crowdfunding/SCF) yang diawasi OJK bisa menjadi platform alternatif investasi yang menarik, seiring penawaran imbal hasil yang bisa menyentuh belasan persen, bahkan puluhan persen per tahun.
Sekadar informasi, industri tekfin urun dana atau sebelumnya disebut equity crowdfunding (ECF) merupakan industri tekfin paling muda yang telah mendapat aturan resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini, industri diramaikan oleh 11 platform berizin OJK.
Para pemain tekfin urun dana berperan melayani penerbitan efek UMKM atau usaha rintisan (startup), baik berupa saham atau Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk (EBUS), dalam rangka penggalangan dana sebagai modal menggelar ekspansi bisnis atau proyek baru.
UMKM selaku 'penerbit' akan dipertemukan dengan para investor atau 'pemodal', yang nantinya menerima imbalan dalam bentuk kepemilikan efek. Pemodal mendapat keuntungan dari pembagian dividen atau imbal hasil atas keuntungan usaha penerbit, dalam periode waktu tertentu sesuai perjanjian.
CEO PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare) Heinrich Vincent menjelaskan bahwa sebagian besar proyek penawaran saham dalam platformnya bisa memberikan imbal hasil 20-30 persen per tahun.
"Semua tergantung bisnis atau proyeknya. Tapi karena mayoritas UMKM yang kami terbitkan sahamnya itu minimarket dan F&B, minimal memang menyentuh 20 persen per tahun," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (18/8/2022).
Baca Juga
Sebagai gambaran, Bizhare merupakan salah satu platform urun dana yang mayoritas UMKM dalam jejaringnya merupakan bisnis waralaba alias franchise. Investor bisa mulai berinvestasi hanya dengan Rp50.000 untuk membeli selembar saham.
Tak heran, Bizhare pun awalnya berdiri karena Vincent dahulu gemar mengumpulkan 'uang patungan' bersama teman-temannya, untuk membantu rekan lain yang berminat membuka cabang bisnis waralaba.
"Saya dulu memang suka berinvestasi di bisnis franchise teman. Tapi karena uang saya tidak banyak-banyak amat, jadi saya juga mengajak teman-teman lain buat patungan. Setelah itu mulai terpikir, kenapa tidak diperluas sekalian? Bukan hanya buat kita-kita saja, tapi juga UMKM di seluruh Indonesia, sekaligus semua orang lain yang juga minat berinvestasi ke suatu bisnis. Itulah awal Bizhare berdiri," jelas Vincent.
Saat ini, Bizhare bukan hanya menerbitkan saham UMKM, namun juga telah mengakomodasi penerbitan sukuk UMKM. Vincent menjelaskan bahwa untuk sukuk, imbal hasil berkisar belasan persen sampai lebih dari 20 persen per tahun, namun jatuh temponya biasanya kurang dari setahun.
"Jadi untuk sukuk, imbal hasil tahunannya lebih kelihatan kalau investor melakukan pendanaan berulang. Kami jamin aman, karena kami pun sampai saat ini belum pernah ada riwayat gagal bayar. Sebab, mayoritas UMKM penerbit sukuk di Bizhare merupakan vendor dari proyek-proyek pemerintah daerah," tambahnya.
Sedikit berbeda, PT Crowddana Teknologi Indonusa (CrowdDana) memang memilih dengan cermat proyek-proyek UMKM yang bisa memberikan imbal hasil menarik buat para investor, namun tetap aman dan preferensi investasi jangka panjang.
Co-Founder sekaligus Chief Technology Officer CrowdDana Handison Jaya menjelaskan bahwa awalnya pihaknya lebih banyak mengakomodasi proyek kos-kosan, namun terkini pihaknya juga terbuka dengan segala jenis proyek UMKM yang berminat melakukan penggalangan dana.
"Bisnis kos-kosan itu yang paling moderat, karena memang aman sekali dan pemasukan bulanannya jelas, jadi imbal hasilnya cuma 6-10 persen per tahun. Kalau bisnis ritel kami targetkan yang bisa memberikan 7-15 persen, sementara bisnis F&B targetnya 20 persen per tahun. Tapi ini semua proyeksi, dan pada akhirnya tergantung kinerja keuangan masing-masing penerbit," ujarnya kepada Bisnis.
Handison mengungkap bahwa salah satu kelebihan pihaknya dalam menyuguhkan transparansi kepada setiap calon investor, yaitu mewajibkan setiap penerbit untuk membuat forum diskusi bersama platform dan calon investor, sebelum nantinya resmi listing di CrowdDana.
Setelah pendanaan selesai, CrowdDana pun selalu membuat acara khusus untuk mengajak investor terkait mengunjungi langsung bagaimana bisnis yang mereka danai. Menurut Handison, hal ini akan membawa kedekatan antara investor dengan penerbit, dan membawa mereka bertahan menjadi pengguna setia CrowdDana di masa depan.
"Ini juga merupakan upaya membuat penerbit dan investor saling mengenal, bertatap muka, dan investor harus sudah puas bertanya banyak hal sejak awal, sebelum akhirnya memutuskan menanamkan uangnya. Setelah itu, kalau bisnis penerbit sudah grand opening, investor pun kami undang hadir. Harapannya, upaya ini bisa menumbuhkan kepercayaan investor terhadap CrowdDana, serta kepada setiap bisnis yang platform tawarkan ke depan," tutupnya.