Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siasat Mengurangi Biaya Pengelolaan ATM

Multiartha Adirajasa mengklaim memiliki layanan yang bisa menjadi solusi pengelola bank dalam pengembangan ATM dengan memangkas biaya operasional
Ilustrasi nasabah menggunakan kartu debit di mesin ATM/Freepik
Ilustrasi nasabah menggunakan kartu debit di mesin ATM/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Di era digital yang memudahkan orang melakukan pembayaran atau pembelian barang melalui e-wallet atau pembayaran nontunai dengan QRIS, kebutuhan masyarakat untuk memegang dan bertransaksi secara tunai masih belum tergantikan.  

Hal ini juga terkait dengan masih belum meratanya penetrasi teknologi pembayaran nontunai di tempat-tempat perbelanjaan tradisional. Alhasil, uang tunai tetap harus dimiliki untuk berjaga-jaga. 

Kecenderungan masih tingginya animo masyarakat untuk memegang uang tunai membuat bank tetap harus memenuhi kebutuhan penyediaan anjungan tunai mandiri (ATM) dan mesin setor tarik tunai alias Cash Recycle Machine (CRM), namun tanpa harus membebani biaya perusahaan. 

PT Multiartha Adhirajasa, salah satu vendor dan konsultan lokasi perbankan mengklaim memiliki layanan yang bisa menjadi solusi pengelola bank dalam pengembangan ATM, dengan memangkas biaya operasional dan sistematika pekerjaan menjadi lebih sederhana melalui Lowcost ATM. 

Direktur PT Multiartha Adhirajasa, Abdul Wahid Azar mengklaim dengan layanan ini, bank akan lebih aman berinvestasi dan jaminan pendapatan fee based income yang tinggi, karena switching ATM/CRM di banyak lokasi ditangani oleh Lowcost ATM yang memiliki data trafik transaksi yang tinggi.

“Selama ini bank membutuhkan biaya antara Rp15 juta-Rp20 juta untuk mengoperasionalkan 1 lokasi ATM/CRM. Sedangkan melalui konsep Lowcost ATM ini biaya bisa dipangkas dan hanya membutuhkan biaya kisaran Rp7 juta-Rp12 juta per bulan untuk operasional ATM/CRM,” klaim Wahid dalam keterangan tertulisnya, Kamis (25/8/2022)

Tidak hanya itu, kata Wahid, selama ini bank juga membutuhkan biaya investasi Capex yang tinggi hingga ratusan juta rupiah biaya per tahun dan biaya operasional bulanan yang masih tinggi, belum lagi resiko salah memilih lokasi yang membuat bank tidak ada pilihan lain.

Kemudian, bank harus meneruskan sewa dengan transaksi rendah atau relokasi dengan investasi baru ratusan juta rupiah dan ditambah lagi biaya software switching interkoneksi yang mahal dan statis tidak memberikan ruang gerak bagi banker untuk improvisasi produk dan target market.

“Melalui Lowcost ATM banyak pilihan investasi yang terjangkau dan dapat dijadikan alternatif cara investasi ATM/CRM yang aman serta analisa strategi bisnis dengan sajian data market yang akurat. Ini juga memberikan solusi biaya investasi pembelanjaan modal dan pembelanjaan operasional," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Wahyu Arifin
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper