Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA (BBCA) Blak-Blakan Target 30 Juta Nasabah dan IPO Bank Digital

Dalam Public Live Expo 2022, BCA mengungkapkan sederet rencana mulai dari menambah jumlah nasabah hingga 30 juta pada 2023 hingga rencana IPO BCA Digital.
Pekerja membersihkan dinding kantor Bank Central Asia (BCA) di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (16/6/2020). /Bisnis-Paulus Tandi Bone
Pekerja membersihkan dinding kantor Bank Central Asia (BCA) di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (16/6/2020). /Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dalam Public Live Expo 2022 mengungkapkan sederet rencana bisnis ke depan, mulai dari membidik penambahan jumlah nasabah hingga rencana penawaran umum perdana dari anak usahanya, BCA Digital.

Dalam paparan yang disiarkan secara daring, Rabu (14/9/2022), bank swasta nomor satu di Indonesia tersebut berkeinginan memperbanyak jumlah nasabahnya hingga 30 juta pada 2023. Adapun, jumlah nasabah BCA telah menyentuh angka 24 juta per Juni 2022.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan target tersebut sudah jauh-jauh hari ditetapkan oleh perseroan. Penambahan jumlah ini akan difokuskan pada nasabah yang melakukan transaksi melalui giro dan tabungan (current account savings account/CASA).  

“Kami rencanakan sampai dengan tahun depan jumlah nasabah mencapai 30 juta. Jumlah nasabah ini yang transaksi di dana murah. Jika itu tercapai maka dalam lima tahun BCA berhasil menumbuhkan nasabah hingga double size,” kata Vera dalam Public Live Expo 2022.

Target ambisius itu rencananya akan dicapai dengan meningkatkan pembukaan rekening secara daring. Menurut Vera, cara ini sudah teruji selama pandemi Covid-19 dan terbukti ampuh. Sampai saat ini, 75 persen pembukaan rekening di BCA telah dilakukan secara daring.

Dengan target pertumbuhan nasabah hingga tahun depan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dari BCA juga dipastikan bakal terungkit. Pada paruh pertama tahun ini saja, BCA telah membukukan DPK sebesar Rp1.000 triliun dan CASA naik 17,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).  

Pencapaian tersebut sejalan dengan pertumbuhan volume transaksi yang naik 40 persen yoy atau mencapai 10 miliar transaksi per semester I/2022. Mayoritas transaksi tersebut berasl dari mobile banking.

“Kami konsisten mengusung konsep hybrid banking dalam melayani basis nasabah yang terus bertumbuh, baik di ekosistem online maupun offline,” kata Vera.

Menurutnya, hal tersebut penting untuk terus memberikan kenyamanan kepada berbagai segmen nasabah dalam bertransaksi, di samping tetap menjaga keandalan dan keamanan sistem dari emiten bank bersandi saham BBCA tersebut.

IPO BCA Digital

Dalam kesempatan yang sama, manajemen BCA juga mengungkapkan rencana terkait dengan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dari BCA Digital.

Sekretaris Perusahaan BCA Raymon Yonarto mengatakan bahwa rencana BCA Digital untuk melantai di Bursa Efek Indonesia masih terus dipersiapkan. Namun, informasi tentang kapan bank digital tersebut akan debut di bursa masih belum dapat dipastikan.

BCA selaku induk perusahaan ingin memastikan terlebih dahulu bahwa bank digital dengan produk Blu tersebut memiliki pertumbuhan bisnis dan terus mengembangkan fitur terbaru. Hal ini untuk memastikan arah bisnis BCA Digital cukup prospektif ke depannya.

“Ada banyak hal yang dipertimbangkan waktu melakukan IPO. Salah satunya ukuran dari bank itu sendiri, perkembangan bisnis, dan apakah sudah profit atau belum,” tutur Raymon.

Seperti diketahui, kinerja BCA Digital sampai dengan paruh pertama tahun ini masih diselimuti kerugian. Berdasarkan laporan keuangannya, BCA digital membukukan rugi bersih tahun berjalan senilai Rp36,21 miliar pada semester I/2022, naik 82 persen yoy.

Kondisi ini kontras dengan induk usaha perseroan, yakni BCA yang secara konsolidasi meraup laba bersih sebesar Rp18,05 triliun atau naik 24,9 persen yoy.

Direktur Utama BCA Digital Lanny Budiati menjelaskan kerugian itu disebabkan besarnya kebutuhan biaya membangun infrastruktur. Faktor lainnya adalah pertumbuhan DPK dan pinjaman, diikuti kebutuhan biaya promosi, serta inovasi pengembangan produk.

“Kami masih perlu observasi perjalanan BCA Digital lebih panjang lagi untuk dapat membuat perhitungan lebih lanjut mengenai pertumbuhan laba rugi bank, termasuk menyiapkan berbagai strategi ke depannya,” kata Lanny.

Meski demikian, Lanny mengatakan bahwa ke depan, BCA digital akan lebih fokus pada sejumlah agenda prioritas. Mulai dari meningkatkan customer based yang berkualitas, mengembangkan produk, hingga menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper