Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikkan suku bunga acuan dinilai akan direspons cepat oleh perbankan dengan mengerek suku bunga simpanan.
Dalam kondisi ini perbankan akan sedikit berdarah-darah, demi menjaga kualitas kredit dan membuat nasabah betah, tidak lari ke bank lain.
Pengamat Ekonomi Perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan kenaikkan suku bunga acuan akan mendorong peningkatan suku bunga di perbankan. Adapun berdasarkan riset yang pernah dilakukan Doddy, suku bunga yang lebih dahulu naik adalah suku bunga simpanan, setelah itu baru suku bunga pinjaman.
Suku bunga simpanan akan naik sebesar kenaikkan suku bunga acuan dalam waktu 1 bulan. Artinya jika suku bunga acuan naik 50 bps, maka suku bunga simpanan akan mengalami hal yang sama.
“Setelah suku bunga simpanan naik, selanjutnya adalah suku bunga kredit dan suku bunga kredit yang paling cepat naiknya adalah suku bunga kredit konsumer seperti kartu kredit, kredit tanpa agunan dan kredit kendaraan bermotor,” kata Doddy, Jumat (23/9/2022).
Dia mengatakan kenaikkan suku bunga kredit konsumsi akan terjadi 3 - 6 bulan setelah Bank Indonesia mengumumkan kenaikkan suku bunga acuan. Suku bunga kredit konsumsi naik lebih cepat karena kredit tersebut tidak ada masa tunggu, berbeda dengan kredit pemilikan rumah yang ada perjanjian masa tunggu misalnya bunga tetap sampai tahun ketiga.
Baca Juga
Sekitar 6-12 bulan setelah pengumuman kenaikkan suku bunga acuan, kredit modal kerja dan investasi akan naik sebesar 80 persen dari kenaikkan suku bunga acuan. Misalnya suku bunga acuan naik 2 persen atau 200 bps hingga akhir tahun. maka suku bunga kredit akan naik sekitar 1,5 persen atau 150 bps.
“Saya memperkirakan kemungkinan BI Rate akan naik seperti inflasi yaitu 2 persen sepanjang 2022. Saat ini sudah naik 75 bps, mungkin nanti naik lagi 125 bps hingga akhir tahun,” kata Doddy.
Dia juga mengatakan dalam kondisi likuiditas yang ketat seperti saat ini, perbankan akan sedikit berdarah-darah karena kenaikkan suku bunga simpanan lebih dahulu terjadi dibandingkan dengan kenaikkan suku bunga pinjaman.
“Kecuali kalau itu bank konsumer mungkin ‘berdarahnya’ tidak lama-lama. Tetapi kalau bank umum tidak ada bauran yang sampai 100 persen jadi, mungkin akan sedikit berdarah,” kata Doddy.