Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Sektor di Indonesia Berpeluang Raih Pembiayaan Berkelanjutan

HSBC menilai Indonesia merupakan negara yang potensial untuk menerapkan paradigma ESG.
 Gedung HSBC di London, Inggris, Rabu (8/8/2018)./Reuters-Hannah McKay
Gedung HSBC di London, Inggris, Rabu (8/8/2018)./Reuters-Hannah McKay

Bisnis.com, JAKARTA - Berbagai sektor dan industri di Indonesia berpeluang mendapatkan pembiayaan berkelanjutan. Hal itu diungkapkan Head of Commercial Banking South and Southeast Asia HSBC Ltd Amanda Murphy.

Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang potensial untuk menerapkan paradigma ESG (Environmental, Social and Governance). Dengan begitu, jelas dia, banyak sektor di Tanah Air berpeluang mendapat pembiayaan berkelanjutan bila bertransisi ke operasi bisnis yang rendah karbon.

Apalagi, Amanda menilai energi terbarukan dapat masuk ke sektor apapun. Amanda memerinci Indonesia misalnya dapat menerapkan energi terbarukan untuk sektor agrikultur.

Dia menjelaskan Indonesia diketahui merupakan negara dengan perairan dan persawahan yang luas, yang berhubungan dengan pangan. Sektor ini, sebut dia, bisa mendapatkan pembiayaan berkelanjutan. Sektor kehutanan dan perkebunan yang juga memiliki peran penting bagi Indonesia bisa mendapatkan pembiayaan serupa.

“Selain itu manufaktur hijau. Sekarang ada peningkatan permintaan dari manufaktur hijau untuk memastikan bahwa mereka beroperasi secara etis dan menggunakan sumber energi terbarukan. Saya pikir itu sedikit berbeda dengan beberapa tahun yang lalu,” kata Amanda kepada Bisnis di Jakarta, beberapa waktu lalu. 

Selain itu, HSBC juga melihat sektor yang berkaitan dengan sosial juga berpotensi yang mendapat pembiayaan berkelanjutan. HSBC mencatat lebih baik dari 19 juta orang akan berada di bawah garis kemiskinan karena krisis dan lain sebagainya. 

Amanda menuturkan dalam bekerja sama dengan mitra, HSBC akan membantu para mitra di sejumlah sektor bertransisi ke kegiatan yang lebih ramah lingkungan. HSBC akan membantu para klien dengan sungguh-sungguh dalam bertransisi sehingga target Net Zero pada 2050 dapat tercapai. 

“Kami berharap semua klien kami akan mengikuti jalan itu, dan kami pasti akan bergerak ke arah itu [Net Zero],” kata Amanda. 

Sebagai negara yang terletak di wilayah geografis yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, menurut Amanda, Indonesia memiliki kebutuhan untuk mempercepat investasi ke dalam ESG, terutama yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan.

HSBC mencatat untuk kawasan Asia Pasifik membutuhkan US$1,5 triliun investasi hijau setiap tahun hingga 2030, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan PBB.

Amanda mengatakan HSBC memiliki peran penting dalam hal tersebut. HSBC telah mengalokasikan hingga US$1 triliun dalam keuangan dan investasi pada 2030 untuk mendukung klien HSBC dalam membuktikan bisnis mereka di masa depan. “Kami melihat pertumbuhan yang kuat dalam kesepakatan keuangan berkelanjutan di seluruh wilayah,” kata Amanda. 

Dia mengatakan satu dari lima pebisnis yang menjadi responden dalam riset HSBC, menginvestasikan lebih dari 10 persen dari laba operasi mereka untuk meningkatkan keberlanjutan operasi mereka. 

Adapun hambatan utama agar operasi mereka di Asia Tenggara menjadi lebih berkelanjutan adalah kemampuan untuk mempekerjakan karyawan dengan keahlian keberlanjutan. “Hal ini biasa terjadi di seluruh wilayah termasuk di Indonesia,” kata Amanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper