Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta atau Bank DKI mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 28,83 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau mencapai Rp726,38 miliar pada kuartal III/2022.
Berdasarkan laporan keuangan Bank DKI, kenaikan laba bersih ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 15 persen yoy menjadi Rp2,31 triliun. Kenaikan ini ditopang pendapatan bunga yang mencapai Rp3,41 triliun, naik 12 persen yoy.
Raihan tersebut diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 26,82 persen menjadi Rp46,7 triliun hingga akhir September 2022. Sementara itu, rasio non-performing loan (NPL) juga turun dari 2,93 persen pada September 2021 menjadi 1,81 persen secara gross.
“Dalam setiap ekspansi bisnis yang kami lakukan, Bank DKI selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian,” ujar Direktur Utama Bank DKI Fidri Arnaldy dalam keterangan tertulis pada Kamis (27/10/2022).
Pertumbuhan kredit terjadi di sejumlah segmen, di antaranya, segmen mikro meningkat 46,76 persen secara tahunan, kredit ritel naik 37,73 persen, segmen menengah dan komersial tumbuh 31,56 persen, segmen konsumer 12,95 persen, dan pembiayaan syariah naik 12,43 persen.
Sementara itu, di tengah ketatnya persaingan perbankan dalam menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK), Bank DKI tetap mampu mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 29,51 persen menjadi Rp60,9 triliun pada September 2022.
Berbagai pencapaian kinerja tersebut mendorong peningkatan total aset sebesar 26,90 persen dari semula Rp59,29 triliun pada September tahun lalu menjadi Rp75,24 triliun.
Direktur Keuangan & Strategi, Romy Wijayanto menjelaskan peningkatan kinerja Bank DKI juga diikuti dengan perbaikan sejumlah rasio penting. Hingga September 2022, rasio return on equity (ROE) mencapai 10,48 persen atau naik 224 basis poin.
Selain itu, rasio beban operasional dibanding pendapatan operasional (BOPO) juga terjaga di kisaran 76,28 persen dengan net interest margin (NIM) 4,67 persen.