Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pembiayaan memiliki peluang besar memperluas bisnis ke pembiayaan sektor energi baru terbarukan (EBT) berskala kecil. Sampai 2025 total kebutuhan pembiayaan EBT diperkirakan tembus US$36,9 miliar atau sekitar Rp570 triliun.
Ekonom dan Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira mengatakan dari data kebutuhan pembiayaan EBT ini, kredit segmen EBT terutama yang berskala kecil seperti panel surya atau mikrohidro dapat digarap serius oleh perusahaan leasing. Selain berperan memperluas segmen bisnis, kebutukan pembiayaan bisnis ini juga terus tumbuh.
“Sampai t2025, total kebutuhan pembiayaan EBT berpotensi tembus US$36,9 miliar. Spesifik PLT Air atau mikrohidro senilai US$14,58 miliar, PLT Surya dan PLT Bayu senilai US$1,69 miliar. Jadi sangat besar potensi pembiayaan nya,” ujar Bhima kepada Bisnis, Minggu (13/11).
Bhima menambahkan, peluang kolaborasi juga terbuka luas. Saat ini investor dari negara maju tertarik untuk melakukan pembiayaan lewat channeling institusi keuangan lokal, atau menggunakan skema blended finance lewat medium terms note (MTN) atau obligasi peruntukan khusus.
Salah satu emiten yang tengah bersiap masuk adalah PT Fuji Finance Indonesia Tbk. (FUJI). Komisaris Utama Fuji Finance Indonesia Anton Santoso mengatakan peluang pembiayaan baru di sektor produktif digarap dengan prinsip kehati-hatian. Hal ini agar target zero NPL perseroan dapat terus dipertahankan. “Kami saat ini masih fokus untuk terus mencari peluang pembiayaan proyek-proyek dengan prinsip kehati-hatian,” ujar Anton.
Dia mengatakan pembiayaan solar power adalah salah satu peluang yang digarap dengan serius. FUJI, kata dia, terbuka melakukan kerjasama dengan mitra maupun investor luar negeri untuk pengembangan bisnis ke depan.
Baca Juga
“Kami harapkan solar power akan mulai berjalan tahun depan dengan Perpres Energi Baru Terbarukan (EBT) yang baru keluar di bulan Oktober kemarin. Sebelumnya EBT kurang mumpuni karena tanpa adanya kepastian dan dukungan pemerintah di sektor ini,” ujar dia.