Bisnis.com, JAKARTA - Citibank, N.A., Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia menilai Indonesia akan siap menghadapi tiga tantangan ekonomi pada tahun depan.
Citibank, N.A. Indonesia merupakan cabang dari Citibank N.A yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat. Citibank sepenuhnya dimiliki oleh Citigroup Inc. dan beroperasi sejak 1968.
Chief Economist Citibank Indonesia (Citi Indonesia), Helmi Arman mengatakan, tantangan pertama adalah perkiraan terjadinya resesi secara bergilir di negara maju. Menurutnya, karena negara di Eropa hadapi inflasi tinggi dan ketegangan geopolitik, maka Eropa akan masuk resesi terlebih dahulu.
Kemudian, paruh pertama tahun depan resesi akan terjadi pada Amerika Serikat (AS). "Tentunya, dengan outlook global yang menantang, industri-industri tertentu akan terdampak," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (13/11/2022).
Kedua, kenaikan biaya dana di korporasi. "Ini terjadi di seluruh dunia, pengaruhnya bagi korporasi dalam mencari pembiayaan dari luar negeri," ujarnya.
Ketiga, penurunan penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI). "Ini karena krisis energi di Eropa, biaya manufaktur naiknya tinggi sekali, setahun terakhir 45 persen secara tahunan (year-on-year/yoy)," ungkapnya.
Baca Juga
Meski begitu, menurutnya Indonesia relatif siap menghadapi tiga tantangan tersebut. "Bantalan dari sisi ekspor Indonesia masih cukup besar. Porsi komoditas mentah seperti batu bara jadi bantalan tahun depan," ungkapnya. Harga dari batu bara walau turun, tapi diperkirakan jauh lebih tinggi dibandingkan 2021.
Kemudian, inflasi di Indonesia juga relatif lebih terkendali. Citibank Indonesia awalnya memperkirakan inflasi Indonesia pada level 6,5 persen. Kemudian, perkiraan itu diturunkan jadi di bawah 6 persen.
Inflasi yang relatif terukur juga membuat perbankan bisa menjaga suku bunganya meskipun Bank Indonesia telah menaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali berturut-turut pada Agustus (25 basis poin/Bps), September (50 Bps), dan Oktober (50 Bps). Saat ini, tingkat suku bunga acuan BI adalah 4,75 poin.
"Transmisi suku bunga perbankan di Indonesia juga masih berjalan secara gradual. Ini karena kenaikan tingkat inflasi relatif terukur dibandingkan kenaikan inflasi di banyak negara lain," ujarnya.