Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Akhir Relaksasi Restrukturisasi Kredit Covid-19, Intip Pencadangan Bank-Bank Besar

Program restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 rencananya akan berakhir pada maret 2023.
Ilustrasi Bank/Istimewa
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Restrukturisasi kredit akan segera berakhir pada 31 Maret 2023. Jelang momentum tersebut, pencadangan sejumlah bank berangsur menurun.

Sebut saja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI yang baru-baru ini menyampaikan laporan keuangan triwulan III/2022. BRI berhasil mengompres beban cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang turun hingga 28 persen.

Penurunan CKPN BRI juga dibarengi dengan menurunnya loan at risk (LAR) perusahaan dari 29,8 persen pada September 2020 menjadi 19,3 persen pada kuartal III/2022.

Sementara itu, sejumlah bank raksasa lainnya seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau BMRI, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI juga mencatatkan penurunan CKPN yang dibarengi dengan menurunnya loan at risk pada kuartal III/2022.

1. Bank Mandiri (BMRI)

Pada kuartal III/2022, Bank Mandiri mencatat penurunan LAR termasuk kredit yang terdampak Covid-19 sebesar 600 basis poin (bps) menjadi 13,4 persen sepanjang 9 bulan pertama.

Sementara secara terpisah, LAR yang mencakup kredit restrukturisasi Covid-19 juga berhasil ditekan ke level 4,1 persen pada September 2022 dari 9,4 persen pada September 2021.

Kesiapan BMRI menghadapi kemungkinan OJK tak memperpanjang relaksasi kredit restrkturisasi juga terlihat dari nonperforming loan (NPL) gross turun 80 basis poin ke level 2,26 persen dan NPL net sebesar 0,31 persen hingga September 2022.

Alhasil, rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif BMRI juga tercatat turun ke level 4,54 persen dari 5,10 persen pada September 2021. Dengan demikian, jumlah CKPN BMRI hingga kuartal III/2022 sebanyak Rp41,21 triliun.

2. Bank Negara Indonesia (BBNI)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sebelumnya melaporkan laba bersih sebesar Rp13,7 triliun pada kuartal III/2022, atau naik 76,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Jelang akhir periode relaksasi restrukturisasi kredit OJK, penyaluran kredit justru dilaporkan meningkat 9,1 persen yoy menjadi Rp622,61 triliun secara konsolidasi.

Namun, kinerja tersebut juga diikuti oleh penurunan NPL gross sebesar 77 basis poin menjadi 3,04 persen. sementara NPL net turun 33 basis poin menjadi 0,57 persen.

Mengacu pada data yang dibagikan oleh BBNI, LAR BNI tercatat menyusut ke level 19,3 persen pada kuartal III/2022 dari 25,2 persen pada kuartal III/2021.

Sejalan dengan hal tersebut, CKPN aset keuangan terhadap aset produktif turun menjadi 6,38 persen atau sebesar Rp39,72 triliun

3. Bank Central Asia (BBCA)

Sedikit berbeda dengan BRI dan BNI yang catatkan penurunan pencadangan, rasio CKPN BBCA pada kuartal III/2022 justru dilaporkan meningkat menjadi 3,18 persen dari 3,20 persen pada periode sebelumnya.

Akan tetapi LAR yang dilaporkan sejalan dengan bank besar lain, yakni turun 540 bps menjadi 11,7 persen sepanjang 9 bulan pertama 2022. Selain itu NPL gross BBCA juga terpantau berada pada level 2,16 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alifian Asmaaysi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper