Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) optimistis mampu menjaga kinerja secara positif hingga akhir 2022. Perseroan telah mencetak laba Rp40,23 triliun hingga Oktober 2022 secara bank only atau naik 66 persen secara tahunan.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan hingga jelang tutup tahun 2022, kinerja perseroan telah berjalan sesuai dengan target bisnis yang ditetapkan awal tahun.
“BRI optimistis dapat mempertahankan kinerja positif dan sustain hingga akhir tahun, serta di tahun-tahun mendatang. Hal tersebut dikarenakan BRI telah memiliki empat syarat untuk tumbuh berkelanjutan,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (26/12/2022).
Aestika menuturkan bahwa syarat pertama adalah bank harus memiliki sumber pertumbuhan baru. Menurutnya, emiten bersandi BBRI ini telah memenuhi hal itu karena telah memiliki holding ultramikro sebagai sumber pertumbuhan baru.
Kedua, bank harus memiliki modal yang cukup. BBRI secara grup tercatat memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 26 persen. Adapun secara bank only, CAR perseroan mencapai 24 persen.
“Ketiga, harus punya likuiditas yang cukup. Likuiditas BRI sangat memadai yang tercermin dari loan to deposit ratio [LDR] secara konsolidasi yang mencapai 88,51 per per September 2022, sedangkan LDR yang optimal ada di level 92 persen sehingga untuk memacu pertumbuhan, likuiditas BRI masih sangat cukup,” kata Aestika.
Sementara itu, syarat keempat, bank perlu tumbuh secara berkelanjutan dengan menjaga pertumbuhan secara berkualitas. Perseroan, kata Aestika, telah memenuhi hal tersebut dengan mengelola pencadangan yang memadai guna mengantisipasi potensi pemburukan.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan BRI, hingga Oktober lalu, perseroan telah mencetak laba Rp40,23 triliun secara bank only atau naik 66 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pada saat bersamaan, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tumbuh 7 persen secara tahunan menjadi Rp85,02 triliun. Perinciannya, pendapatan bunga mencapai Rp102,53 triliun, sementara beban bunga sebesar Rp17,5 triliun atau susut 13 persen yoy.