Bisnis.com, JAKARTA — Menjelang penutupan kuartal IV 2022, kredit perbankan dilaporkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih tumbuh 11,6 persen secara tahunan menjadi Rp 6.347. Praktis, hal tersebut membuat aset perbankan kian tambun.
Berdasarkan rangkuman Bisnis, kejar-kejaran penghimpunan aset antara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau BMRI masih berlanjut.
Tercatat, hingga November 2022 BBRI mengantongi aset secara individu sebesar Rp1.679 triliun atau tumbuh 7,57 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara pada posisi kedua, BMRI membukukan pertumbuhan aset 12,58 persen yoy menjadi Rp1.502,3 triliun.
Akan tetapi bila melihat capaian aset secara konsolidasi, Bank Mandiri berada di atas BRI. Berdasarkan laporan publikasi kuartal III, aset konsolidasi BMRI sebesar Rp1.839,3 triliun, sedangkan BBRI Rp1.684,6 triliun
Secara konsolidasi BMRI kembali meyalip aset BBRI sejak 2021. Hal ini seiring dengan meleburnya Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah menjadi satu entitas baru, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) pada Februari 2021. Aksi korporasi ini membuat aset bank yang memiliki kode perdagangan BMRI tersebut meningkat tajam.
Selain itu, persaingan sengit juga mulai terjadi pada urutan ke-6 dan ke-7, yang dihuni oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
Baca Juga
Selisih aset antara BNGA dengan BRIS semakin tipis, atau Rp16,2 triliun per November 2022. Padahal pada kuartal I/2022, aset kedua bank terpaut Rp31,6 triliun.
Sepanjang tahun ini, hingga November, pertumbuhan aset BRIS tercatat lebih tinggi dibandingkan BNGA. BSI membukukan pertumbuhan 13,48 persen yoy, sedangkan CIMB Niaga justru terkoreksi 0,4 persen.