Bisnis.com, JAKARTA — Bank Pembangunan Daerah (BPD) mencatatkan kinerja marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) tinggi, setidaknya hingga kuartal III/2022. NIM BPD itu pun mengalahkan NIM bank-bank jumbo.
Berdasarkan Laporan Profil Industri Perbankan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BPD mencatkan NIM 5,8 persen per September 2022, naik dibandingkan dengan September 2021 yang mencapai 5,74 persen.
Capaian NIM BPD itu mengungguli bank lainnya seperti bank BUMN dan bank umum swasta nasional. Bank BUMN mencatatkan NIM 5,52 persen per kuartal III/2022. Kemudian, bank umum swasta nasional mencatatkan NIM 4,29 per September 2022. Sementara, kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri hanya mencatatkan NIM 2,38 persen.
Berdasarkan laporan keuangannya, sejumlah BPD juga mencatatkan NIM lebih unggul dibandingkan bank jumbo. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) misalnya mencatatkan kenaikan NIM 83 basis poin (bps) menjadi 6,71 persen per kuartal III/2022.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) mencatatkan NIM 5,83 persen per September 2022, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di level 5,66 persen. Sedangkan, NIM PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencapai level 5,13 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) berada di level 4,80 persen, dan NIM PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) berada di level 5,42 persen per September 2022.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengungkapkan bahwa tingginya NIM BPD ini memperlihatkan bagaimana resiliensi BPD, khususnya dalam menjaga rentabilitas di tengah tekanan kondisi ekonomi.
Baca Juga
Sementara, faktor pendorong NIM unggul itu adalah model bisnis BPD dalam mengelola ekosistemnya yang terjaga dengan baik. Menurut Yuddy, BPD mengelola ekosistem daerah mulai dari transaksi penerimaan, belanja daerah, aparatur sipil negara (ASN) hingga rantai nilai turunannya.
“Ekosistem ini dapat dikelola dengan baik sehingga meredam goncangan yang ada, sekaligus menjaga NIM pada level yang cukup baik,” ujar Yuddy kepada Bisnis.com, Kamis (5/1/2023).
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan bahwa NIM BPD yang tinggi itu disebabkan oleh ekosistem yang dikelola dengan baik oleh BPD. “Cost of fund [biaya dana] bisa ditekan dan BPD bisa jual kredit secara berkualitas ke ASN. Di sana lah marjin bunga jadi tinggi,” ujar Amin.
BPD bisa menekan biaya dana karena mempunyai ekosistem yang sudah terbentuk. “BPD tidak perlu biaya promosi, tinggal menghubungi bendahara pemda untuk gaet ASN,” ujar Amin.
BPD sendiri mendapatkan pendanaan atau dana pihak ketiga (DPK) utamanya dari pemerintah daerah (pemda). Posisi suku bunga DPK BPD menurutnya tidak begitu spesial. Akan tetapi, BPD bisa menjual kredit multiguna atau kredit ke ASN dengan bunga kompetitif, sehingga marjin bunganya besar.
Selain itu, ekosistem BPD bisa menekan kredit macet (nonperforming loan/NPL), karena kredit dilakukan dengan cara sistem potong gaji.