Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan perbankan menjanjikan akan mendukung kredit pembiayaan baik smelter maupun pendukungnya atas upaya pemerintah melakukan hilirasi logam di Tanah Air. Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo telah melakukan hilirasi nikel dan akan diikuti oleh bauksit pada pertengahan 2023 ini.
Sunarso, Ketua umum himpunan bank milik negara (Himbara) mewakili industri perbankan mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung pembiayaan dalam upaya hilirisasi industri tambang guna mendorong stabilitas sistem keuangan.
Dia menambahkan industri perbankan siap untuk mendukung upaya hilirisasi yang dinilai menjadi salah satu faktor yang mampu memacu sistem keuangan nasional dalam menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi global ke depannya.
"Perlu juga kita sampaikan tadi kita dapat arahan dari presiden untuk mendukung hal-hal penting terkait hilirisasi industri yang berbasis ekstraksi natural resources dan itu tadi diberitahukan pagi ini bahwa hilirisasi menjadi bagian daripada point of new return yang ditegaskan kembali oleh pak presiden," jelas Sunarso, di Istana Negara Jakarta, Senin (16/1/2023).
Pentingnya hilirasi ini, Sunarso yang juga yang juga Direktur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memastikan bahwa sektor industi perbankan akan mendukung upaya tersebut agar dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Baca Juga
"Maka indutri perbankan berkomitmen untuk dukung proses hiliriasasi. Kami siap untuk tumbuh dan siap hadapi berbagai tantangan dengan pencadangan yang sudah kita buktikan di tahun 2022 perbankan kita sangat solid," pungkasnya.
Untuk diketahui, pada hari ini, Senin (16/1/2023) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama sektor di dalam jasa keuangan menggelar pertemuan dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) yang didampingi oleh jajaran menteri bidang perekonomian.
Pengusaha Smelter 'Teriak' Butuh Pinjaman
Dalam kesempatan terpisah, Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) meminta pemerintah turun tangan membantu pembiayaan smelter menjelang moratorium ekspor bahan baku aluminium itu pada Juni 2023 mendatang.
Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I Ronald Sulistyanto mengatakan, investasi pemerintah pada lini pengolahan bijih bauksit itu penting di tengah kurangnya kepercayaan investor dan lembaga keuangan untuk ikut berinvestasi pada pembangunan smelter tersebut.
“Kalau bank Himbara saja mengatakan proyek itu tidak feasible, bagaimana dengan bank-bank asing,” kata Ronald saat dihubungi, Senin (9/1/2023).
Menurut Ronald, komitmen pemerintah untuk ikut berinvestasi lebih intensif pada smelter bauksit bakal ikut membenahi tingkat keekonomian proyek yang dinilai terlalu berisiko tersebut.
Hitung-hitungan APB3I menunjukkan, kebutuhan investasi pembangunan smelter alumina dapat menyentuh di angka US$1,2 miliar atau setara dengan Rp17 triliun. Nilai itu ikut memperpanjang kepastian balik modal yang dinilai terlalu riskan bagi investor dan pemberi pinjaman.
“Pemerintah bisa ikut menanamkan modalnya melalui BUMN, nanti bisa dibentuk joint operations, misalnya ada 30 perusahaan bikin 7 smelter dibagi 4 perusahaan gabung jadi satu di situ modal jadi banyak,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang ekspor bijih bauksit terhitung Juni 2023. Larangan itu dilakukan untuk mendorong industri pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri.
"Mulai Juni 2023 pemerintah akan melarang ekspor bijih bauksit," ujar Jokowi, Rabu (21/12/2022).
Jokowi menegaskan bahwa industrialisasi bauksit di dalam negeri ini akan meningkatkan pendapatan negara dari Rp21 triliun menjadi sekitar Rp62 triliun.
Berdasarkan data milik Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) per Juni 2022, Indonesia baru memiliki dua smelter bauksit dengan keluaran smelter grade alumina (SGA) yang dimiliki PT Well Harvest Winning Alumina Refinery dan PT Bintan Alumina. Sementara baru tersedia satu pabrik pemurnian dengan output chemical grade alumina (CGA) yang dikembangkan PT Indonesia Chemical Alumina.
Kedua pabrik milik PT Well Harvest Winning Alumina Refinery dan PT Bintan Alumina memiliki kapasitas input bijih bauksit mencapai 12.539.200 ton. Adapun, kedua perusahaan itu dapat memproduksi 4 juta ton olahan bauksit setiap tahunnya.
Sementara itu, PT Indonesia Chemical Alumina memiliki kapasitas input bijih bauksit sebesar 750.000 ton. Smelter CGA itu menghasilkan olahan bauksit sebesar 300.000 ton.
Selain itu, terdapat satu smelter pengolahan lanjutan bauksit menjadi aluminium, ingot dan billet yang dioperasikan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum Operating) dengan kapasitas output sebesar 345.000 ton. Rencananya Inalum Operating tengah bakal meningkatkan output produksi turunan alumina sebesar 1 juta ton mendatang.