Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan pembiayaan perbankan syariah tumbuh lebih pesat dibandingkan kredit perbankan nasional pada awal tahun ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kredit perbankan pada Januari 2023 tumbuh 10,53 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan itu melambat jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang mencapai 11,53 persen yoy.
"Pembiayaan syariah tumbuh lebih pesat dibandingkan perbankan secara keseluruhan, yakni 20,9 persen yoy pada Januari 2023," kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada beberapa waktu lalu.
Berdasarkan Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan yang dirilis BI, saldo bersih tertimbang (SBT) penyaluran pembiayaan baru pada Januari 2023 di bank umum syariah tetap tumbuh saat kelompok bank lainnya mencatatkan penurunan.
Bank umum syariah mencatatkan pertumbuhan SBT penyaluran pembiayaan baru 7 persen pada Januari 2023. Sementara, SBT penyaluran kredit baru di bank umum turun 9,6 persen dan SBT kredit baru di bank pembangunan daerah (BPD) turun 27,7 persen pada Januari 2023.
"Faktor utama yang memengaruhi perkiraan penyaluran kredit baru pada Januari 2023 yaitu permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain," demikian dikutip dari Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan yang dirilis BI.
Baca Juga
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) sekaligus Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Hery Gunardi mengatakan penyaluran pembiayaan perbankan syariah diramal akan tumbuh 7,25 persen yoy pada tahun ini atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan kredit perbankan nasional sebesar 5,21 persen yoy.
"Pembiayaan di bank syariah ini akan lebih baik dibandingkan industri perbankan secara keseluruhan," kata Hery dalam acara Seminar Nasional Sharia Economic Investment outlook 2023: Akselerasi Pembangunan Ekonomi Aceh pada bulan lalu (25/1/2023).
Akan tetapi, perbankan tahun ini akan menghadapi tantangan gejolak ekonomi global. "Pada 2023 masih berlanjut ketegangan geopolitik, meningkatnya potensi resesi di negara maju, serta isu perubahan iklim," ujar Hery. Bank Dunia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya sebesar 1,7 persen pada 2023 dan 2,7 persen pada 2024
Dari dalam negeri, beberapa hal yang menjadi perhatian adalah pemulihan ekonomi, mobilitas, konsumsi, isasi kebijakan fiskal dan moneter, hilirisasi tambang, serta dinamika politik menjelang pemilu.
Meski begitu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa kondisi perbankan syariah diperkirakan tidak akan banyak terdampak oleh resesi global. Menurutnya, Indonesia diuntungkan oleh tingginya harga barang-barang komoditas sehingga membantu pulihnya ekonomi seiring meredanya pandemi Covid-19. Dengan kondisi tersebut, Piter memprediksi permintaan terhadap kredit syariah akan tumbuh dan membaik.
Piter juga berpendapat seharusnya bank-bank syariah mampu memacu pertumbuhan kreditnya lebih tinggi, salah satunya melalui kredit pemilikan rumah (KPR) syariah. Menurutnya, perbankan bisa menunjukkan kelebihan KPR syariah dibandingkan dengan KPR konvensional.
Selama ini keunggulan KPR syariah tidak begitu nampak dan dirasakan nasabah. Menurutnya, beban cicilan KPR syariah selama ini dirasakan tidak berbeda dengan KPR konvensional.
"Sehingga pembedanya hanyalah keyakinan berdasarkan agama. Hal ini menyebabkan permintaan kredit KPR syariah tidak terlalu besar,” kata Piter.