Bisnis.com, JAKARTA — Empat bank jumbo yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) kompak menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) bulan depan. Hal ini menandakan sinyal bagi-bagi dividen bank jumbo mulai terlihat.
BNI telah mengumumkan kepada pemilik sahamnya akan menyelenggarakan RUPST tahun buku 2022 pada 15 Maret 2023.
"Kami sampaikan pemanggilan RUPST tahun buku 2022 perseroan yang telah dipublikasikan pada situs web PT Bursa Efek Indonesia, perseroan, dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,” kata Direksi BBNI dalam keterangan tertulis pada Rabu (22/2/2023).
BRI juga telah mengumumkan gelaran RUPST mereka pada 13 Maret 2023. Nantinya, rapat akan diselenggarakan secara elektronik melalui fasilitas electronic general meeting system KSEI (eASY.KSEI).
Kemudian, Bank Mandiri akan menggelar RUPST pada 14 Maret 2023. Dalam surat pemanggilan RUPST yang ditulis oleh Direksi BMRI, agenda tersebut akan diselenggarakan di Auditorium Plaza Mandiri Lt. 3 Plaza Mandiri pukul 14:00 WIB.
"Direksi Bank Mandiri berkedudukan di Jakarta Selatan, dengan ini mengundang para pemegang saham untuk menghadiri RUPST perseroan secara fisik dan elektronik," kata Direksi BMRI.
Baca Juga
Selain itu, berdasarkan publikasi yang dimuat di Harian Bisnis Indonesia pada pekan lalu (16/2/2023), BCA akan menggelar RUPST pada 16 Maret 2023, pukul 09.30 WIB, di Menara BCA, Jakarta. RUPS tahunan itu akan digelar secara fisik dan elektronik.
Keempat bank jumbo ini mengagendakan sejumlah mata acara dalam RUPST itu, di antaranya terkait penentuan dividen. BCA misalnya akan memanfaatkan laba bersih yang diraihnya pada tahun buku 2022 untuk bagi-bagi dividen.
"Penggunaan laba bersih perseroan akan diusulkan untuk disisihkan sebagai dana cadangan, pembagian dividen tunai, dan sisa laba bersih yang tidak ditentukan penggunaannya akan ditetapkan sebagai laba ditahan," demikian dikutip dari publikasi BCA.
Selain itu, bank-bank ini juga akan membahas penetapan remunerasi, gaji atau honorarium, fasilitas, serta tunjangan untuk 2023. Kemudian, perseroan akan menetapkan tantiem tahun buku 2022 bagi direksi dan dewan komisaris.
BBRI sendiri dalam mata acaranya akan meminta persetujuan atas rencana pembelian kembali saham yang dikeluarkan (buyback). Pengalihan saham hasil buyback tersebut nantinya akan disimpan sebagai saham treasuri (treasury stock).
Sementara, BMRI akan meminta persetujuan pemecahan saham perseroan (stock split) dengan rasio 1:2 atau dari Rp250 per saham menjadi Rp125 per saham.
Proyeksi Dividen
Seiring dengan raihan laba tinggi yang didapatkan pada 2022, bank-bank jumbo memang berencana untuk menebar dividen kepada pemegang sahamnya. Direktur Utama BRI Sunarso memastikan bahwa aliran laba pada 2022 akan dikembalikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen.
"Kemana duit [laba] itu akan kita arahkan? Pasti kita kembalikan kepada pemerintah, sebagai pajak dan dividen," kata Sunarso di hadapan anggota DPR RI pada bulan lalu.
BRI menargetkan menebar dividen kepada pemilik saham dengan besaran tak kurang dari 70 persen laba bersih selama 3-4 tahun ke depan.
Jika berkaca pada tahun lalu, pada Maret 2022 BRI telah membagikan dividen tunai tahun buku 2021 kepada pemegang saham sebesar Rp26,4 triliun atau sekurang-kurangnya Rp174,23 per lembar saham. Jumlah ini mencapai 85 persen dari total laba BRI.
Sejak 2017, BRI mencatatkan dividend payout ratio (DPR) yang tinggi kepada pemegang saham, yakni di atas 44 persen. Rasio dividen BRI itu terus merangkak naik hingga mencapai 78 persen pada 2021.
Bank Mandiri pun merencanakan tebaran dividen mereka tahun ini. Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa sebagai salah satu bank milik BUMN, perseroan terus berkomitmen dalam mendukung rencana pembangunan, antara lain melalui setoran dividen.
"Namun, besaran dividen tentunya akan mempertimbangkan dan memperhatikan kebutuhan likuiditas serta permodalan perseroan dalam mengembangkan bisnis, termasuk untuk memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh regulator," katanya.
Besaran dividen juga menurutnya merupakan kewenangan pemegang saham dan akan ditentukan serta disetujui dalam RUPS.
Sebagai catatan, pada Maret 2022, Bank Mandiri telah menebar 60 persen dari laba bersih konsolidasi 2021 atau sekitar Rp16,82 triliun sebagai dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Nilai dividen itu setara dengan Rp360,5 per lembar saham.
Sejak 2017, Bank Mandiri mencatatkan rasio dividen tak kurang dari 45 persen. Rasio dividen Bank Mandiri juga terus merangkak dari 45 persen pada tahun buku 2017 menjadi 60 persen pada tahun buku 2021.
BNI juga akan bagi-bagi dividen tahun ini. BNI mempertimbangkan untuk meningkatkan rasio dividen di kisaran 30 persen – 40 persen dari perolehan laba perseroan di tahun buku 2022.
Pada tahun lalu, BNI telah membagikan dividen tunai tahun buku 2021 kepada pemegang saham sebesar Rp2,72 triliun atau Rp146 per saham. Jumlah ini mencapai 25 persen dari laba bersih perseroan.
BCA juga berencana menebar dividen tahun ini seiring dengan raihan laba yang tinggi. Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan bahwa BCA telah menetapkan keputusan pembagian dividen interim tunai sebesar Rp35 per saham untuk tahun buku 2022, atau meningkat 40 persen dibandingkan dividen interim tahun buku 2021.
"BCA senantiasa mengkaji dividend payout ratio untuk menjaga keseimbangan antara posisi permodalan yang kokoh, pengembangan bisnis bank, entitas anak, dan kepentingan pemegang saham," kata Hera.
Menurutnya, pembagian dividen interim tunai tersebut seiring komitmen perseroan untuk senantiasa memberikan nilai tambah kepada pemegang saham, dan telah mempertimbangkan tren pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan.