Bisnis.com, JAKARTA — PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF optimis kinerja bisnis akan tetap tumbuh dengan baik pada 2023.
"Hal tersebut diwujudkan dengan fokus dalam mengoptimalkan perluasan mandat yang diberikan oleh Pemerintah dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian," kata Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo kepada Bisnis, Selasa (28/3/2023).
SMF juga berkomitmen untuk dapat mengoptimalisasikan peran dan fungsinya sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam mendorong pengembangan ekosistem pembiayaan perumahan di Indonesia.
Adapun beberapa sasaran yang ingin dicapai di tahun ini di antaranya berkembangnya pasar pembiayaan sekunder perumahan yang akan diupayakan dengan pengembangan kegiatan usaha sesuai perluasan mandat.
Kemudian, meningkatnya ketersediaan sumber dana jangka menengah atau panjang melalui penguatan pendanaan bekerja sama dengan lembaga dalam negeri maupun luar negeri.
Serta meningkatnya koordinasi, kolaborasi, dan komunikasi dengan para stakeholder terutama ekosistem pembiayaan perumahan untuk mendukung Pemerintah dalam meningkatkan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat.
"Sejalan dengan komitmen kami dalam mendorong terciptanya suatu ekosistem guna menyelaraskan seluruh upaya pemenuhan hunian agar dapat berjalan dengan optimal, termasuk upaya-upaya pendanaan kreatif [creative financing]," kata Ananta.
Ananta menambahkan perusahaan juga menyasar peningkatan perekonomian nasional melalui penggunaan produk dalam negeri. Selain itu, dia berharap terciptanya transformasi digital, manajemen risiko, dan tata kelola yang baik melalui penguatan internal Perseroan.
"Kami juga melakukan penguatan di semua lini di internal SMF dengan tetap mengedepankan prinsip GCG [good corporate governance]," tandasnya.
Kinerja SMF pada 2022
Sepanjang 2022, total akumulasi dana yang telah dialirkan SMF ke sektor pembiayaan perumahan sejak 2005 mencapai Rp89,75 triliun unaudited.
Adapun, total aset SMF mencapai Rp32,96 triliun hingga akhir 2022. Pencapaian tersebut ditopang oleh kegiatan penyaluran pinjaman sebesar Rp11,29 triliun serta penerbitan surat utang sebesar Rp3 triliun dan term loan sebesar Rp900 miliar.
Adapun laba bersih yang diperoleh pada 2022 mencapai Rp417,69 miliar. Terkait penerbitan surat utang korporasi sebagai sumber pendanaan selama 2022, SMF telah menerbitkan obligasi sebesar Rp3 triliun melalui penerbitan Obligasi PUB VI Tahap III.
Sampai dengan akhir 2022, posisi (outstanding) surat utang SMF mencapai Rp12,80 triliun dan (oustanding) pendanaan jangka panjang dari bank sebesar Rp3,2 triliun.
Perseroan telah aktif menerbitkan surat utang sejak 2009. Hingga akhir 2022, Perseroan sudah menerbitkan 51 kali penerbitan dengan jumlah Rp50,42 triliun, terdiri dari 38 kali penerbitan Obligasi dan Sukuk Mudharabah (penawaran umum) sebesar Rp45,63 triliun, 12 kali Medium Term Notes (penawaran terbatas) sebesar Rp4,67 triliun, dan 1 kali penerbitan Surat Berharga komersial sebesar Rp120 miliar.
Terkait transaksi sekuritisasi, sejak 2009 sampai saat ini, SMF telah berhasil memfasilitasi 15 kali transaksi sekuritisasi, dengan total nilai akumulatif sebesar Rp13,28 triliun.
SMF telah membiayai kurang lebih 1,508 juta debitur KPR yang terbagi atas 83,81 persen wilayah barat, 15,56 persen wilayah tengah dan sisanya sebesar 0,63 persen wilayah timur.
Sepanjang 2022, SMF telah menyalurkan produk-produk dalam rangka implementasi perluasan mandat dari Pemerintah sebesar Rp2,4 triliun yang terdiri dari Kredit Konstruksi, Kredit Mikro Perumahan, KPRumah Usaha, KPR Inden, serta Kredit Multi Guna Perumahan.
SMF telah membiayai porsi 25 persen pendanaan KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), sehingga Pemerintah hanya menyediakan 75 persen dari total pendanaan FLPP dari semula yang sebesar 90 persen.
Dalam pelaksanaanya perseroan bersinergi dengan BP Tapera dalam menyediakan dana KPR FLPP yang kemudian disalurkan kepada masyarakat melalui Bank Penyalur. Sejak Agustus 2018 hingga 31 Desember 2022, SMF telah berhasil menyalurkan dana KPR FLPP sebesar Rp15 triliun.
Dalam menjalankan program tersebut SMF menggunakan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) dari Pemerintah, yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
PMN yang diterima tersebut kemudian dikombinasikan dengan penerbitan surat utang sehingga memiliki daya ungkit (leverage) untuk disalurkan kepada lebih banyak masyarakat yang membutuhkan.
"Ke depan SMF akan terus berperan serta mendukung Pemerintah dalam memaksimalkan pemanfaatan APBN untuk penyediaan akses perumahan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia melalui program KPR FLPP, serta program pembiayaan sekunder perumahan berkelanjutan lainnya,” kata Ananta.