Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Permata Tbk. (BNLI) diketahui membukukan laba bersih sepanjang kuartal I/2023 Rp755,94 miliar, tumbuh tipis 1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi sebelumnya Rp750,36 miliar.
Mengacu pada laporan publikasi perseroan, pertumbuhan laba yang tumbuh terbatas tersebut salah satunya didorong oleh peningkatan beban operasional selain bunga bersih yang menebal 37 persen yoy.
Kemudian, bank juga mencatatkan peningkatan beban kerugian penurunan nillai aset keuangan (impairment) menjadi Rp571,18 miliar dari posisi sebelumnya Rp205,19 miliar.
Sementara itu, kinerja top line bank sebenarnya telah menunjukkan tren perbaikan. Tercermin dari pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) bank tumbuh dobel digit 21 persen menjadi Rp2,5 triliun hingga Maret 2023.
Di samping itu, BNLI juga mencatatkan pendapatan berbasis komisi (fee based income) tumbuh 7 persen secara yoy menjadi Rp432,11 miliar.
Direktur Utama Bank Permata Meliza M. Rusli mengatakan bahwa pihaknya akan senantiasa mempererat sinergi dengan Bangkok Bank dalam menyediakan layanan perbankan bagi nasabah Bank Permata.
Baca Juga
"Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia yang menguat hingga di kuartal pertama tahun 2023, PermataBank kembali memperlihatkan pencapaian kinerja yang baik. Hal ini tidak lepas dari komitmen kami untuk menjalankan strategi bisnis dengan mempertahankan pertumbuhan dan profitabilitas yang berkelanjutan melalui pertumbuhan kredit yang sehat dengan prinsip kehati-hatian," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (10/5/2023).
Sementara dari sisi intermediasi, BNLI diketahui telah menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah mencapai Rp130,07 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2023. Sejalan dengan hal tersebut, BNLI juga mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 4,9 persen secara yoy Rp252,7 triliun.
Lebih lanjut, bersamaan dengan strategi perseroan memperluas segmen dan memperdalam hubungan dengan nasabah, penyaluran kredit kepada masyarakat terjaga dengan baik dan meningkat 0,5 persen yoy menjadi sebesar Rp130,1 triliun, didorong oleh pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 7 persen.
Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) secara gross terjaga stabil di level 3,2 persen. Sementara dari sisi rasio NPL net tercatat membaik di level 0,4 persen dari posisi sebelumnya 0,6 persen pada kuartal/I 2022.
BNLI menjelaskan bahwa pihaknya terus mengupayakan penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset.
Di tengah kenaikan inflasi akibat kenaikan harga pangan, rasio cost to income (CIR) tercatat membaik menjadi 50,2 persen pada Maret 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 54,4 persen. Rasio BOPO juga dibukukan membaik menjadi 78,1 persen, dibandingkan dengan posisi Desember 2022 sebesar 82,4 persen.
Sementara itu, total simpanan nasabah tercatat sebesar Rp190,4 triliun, meningkat 3,6 persen dibandingkan tahun lalu. Hingga kuartal pertama tahun 2023, CASA tumbuh 4,7 persen yoy menjadi Rp108,6 triliun, dengan kontribusi pertumbuhan giro sebesar 5,7 persen dan tabungan sebesar 3,1 persen.