Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asing Incar Bank Tanah Air, Bagaimana Rencana BCA (BBCA)?

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan aksi korporasi seperti merger dan akuisisi perbankan masih akan ramai pada tahun ini.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja./Bisnis
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan aksi korporasi seperti merger dan akuisisi perbankan masih akan ramai pada tahun ini, ditambah konsolidasi bank pembangunan daerah (BPD) yang didorong oleh pemenuhan modal inti. Di tengah tren tersebut, bagaimana langkah bank swasta terbesar di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA)?

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan langkah aksi korporasi yang dilakukan oleh perbankan seperti merger dan akusisi tidak hanya untuk memperkuat modal. Ada banyak hal dipertimbangkan seperti tipikal nasabah, funding, hingga teknologi digital.

"Jadi banyak faktor. Bukan kita enggak berminat, tapi kita merasakan kalau mau growth, organic growth kita cukup bagus," katanya dalam paparan publik BCA pada Senin (24/7/2023).

Ia mengatakan BCA pun telah berpengalaman dalam melakukan aksi korporasi tersebut. Bank yang dikendalikan oleh Grup Djarum ini misalnya telah mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia senilai Rp1 triliun pada 2019. Bank hasil akuisisi itu kemudian menjadi anak usaha di bidang bank digital yakni PT Bank Digital BCA.

BCA juga telah mengakusisi PT Bank Rabobank International Indonesia (Rabobank Indonesia) dari Grup Rabobank. Berdasarkan keterbukaan informasi pada 2019, emiten bank berkode BBCA itu menggelontorkan dana Rp397 miliar untuk mengakuisisi Rabobank Indonesia.

"Akan tetapi, kenyataannya proses pengambil alihan bank tidak mudah, perlu waktu lama untuk sinkronisasi. Jadi kalau mau pilih, kita ingin meningkatkan kemampuan bisnis dengan organik growth," ujar Jahja.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan tahun ini aksi korporasi perbankan akan ramai. "Beberapa proses seperti merger dan akuisisi tahun ini atau tahun depan akan berlangsung," ujar Dian dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK beberapa waktu lalu.

Pada tahun lalu, aksi korporasi perbankan pun telah ramai didorong pemenuhan modal inti minimum dari OJK. PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) misalnya dibeli oleh PT Takjub Financial Teknologi (Ajaib Sekuritas) seiring dengan upaya pemenuhan modal inti minimum Rp3 triliun. 

Tren konsolidasi pun terjadi di BPD tahun ini, di mana bank daerah ini didorong oleh OJK untuk menjalankan skema kelompok usaha bank (KUB) guna memenuhi modal inti minimum Rp3 triliun. BPD-BPD besar seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) pun ancang-ancang menjadi induk BPD kecil.

Peluang konsolidasi tidak hanya bagi BPD besar itu, tapi juga untuk jenis bank lain, termasuk bank umum swasta nasional (BUSN) seperti BCA. "Perlu ada langkah yang bersifat breakthrough dan tidak bisa ikuti irama masing-masing BPD," kata Dian.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah juga mengatakan bahwa aksi korporasi seperti merger dan akuisisi masih akan marak tahun ini. Diantara tujuan aksi korporasi tahun ini adalah untuk memperluas jangkauan bank di era digital.

"Bank berkonsolidasi karena memerlukan modal besar dan juga kolaborasi untuk membangun ekosistem digital,” ujarnya kepada Bisnis.

Sejumlah kesepakatan aksi korporasi nyatanya sudah terjalin tahun ini. Standard Chartered Bank Indonesia misalnya telah menandatangani perjanjian pengalihan sejumlah portofolio kredit kepada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). Adapun, pengalihan tersebut terdiri dari portofolio konvensional kartu kredit, kredit perorangan (personal loan), kredit pemilikan rumah (mortgage), dan auto loan. 

PT Bank UOB Indonesia juga telah sepakat untuk mengakuisisi bisnis consumer banking milik Citibank, N.A. Indonesia. Saat ini, UOB Indonesia sedang berupaya merampungkan proses integrasi bisnis consumer banking milik Citibank. Adapun, UOB menargetkan akuisisi bisnis consumer banking Citibank rampung pada akhir tahun ini. 

PT Bank MNC Internasional Tbk. atau MNC Bank (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo dan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) milik taipan James Riady juga akan merger. OJK menyebutkan progres merger kedua bank milik konglomerat itu masih dalam tahapan yang sesuai dengan timeline, yakni pada pertengahan tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper