Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) memperkirakan pemain financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending akan mulai membuka lowongan tenaga kerja dalam waktu dekat. Kondisi ini berbalik pasca industri ini dilanda pemutusan hubungan karyawan (PHK) besar-besaran.
Merujuk laporan Annual Members Survey 2022/2023 yang dipublikasikan AFTECH, dalam periode laporan sebanyak 84 persen perusahaan fintech telah melakukan PHK atau layoff.
Dalam survei tersebut disebutkan penurunan biaya operasional ditempuh melalui pengurangan dan penghentian rekrutmen tenaga kerja. Namun, fenomena PHK tersebut disinyalir akan segera berakhir.
Wakil Sekretaris Jenderal II Dewan Pengurus Harian AFTECH Firlie Ganinduto mengatakan bahwa nantinya industri fintech lending akan gencar menambah tenaga kerja seiring dengan model bisnis yang telah diperbaharui oleh pelaku industri.
“Menurut saya fenomena layoff di fintech sudah hampir selesai, sedikit yang akan melakukan layoff karena tech winter-nya sudah hampir selesai. Justru ke depannya, kami harapkan kenaikan rekrutmen [tenaga kerja],” ujar Firlie saat ditemui usai acara Peluncuran Laporan AFTECH Annual Members Survey 2023 di Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Firlie menuturkan selama ini perusahaan fintech lebih mengutamakan sisi value creation untuk menaikkan nilai perusahaan. Namun, dengan berakhirnya masa tech winter, perusahaan fintech akan mengarah ke sisi profitabilitas sehingga membuat industri ini akan semakin sehat.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia menuturkan perusahaan fintech dengan nilai transaksi rendah dan menengah terpantau mengalami perbaikan kinerja, namun fintech dengan nilai transaksi tinggi sedikit mengalami tantangan.
Tercatat, sebanyak 25,4 persen perusahaan memiliki nilai transaksi kurang dari Rp5 miliar per tahun dan 49,2 persen melaporkan nilai transaksi pada kisaran Rp5 miliar–Rp500 miliar. Nilai transaksi tersebut menunjukkan perbaikan dari survei periode sebelumnya sebesar 32 persen memiliki transaksi kurang dari Rp5 miliar dan hanya 39 persen melaporkan nilai transaksi di kisaran Rp5 miliar—500 miliar.