Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Macet Pinjol Meningkat, Pengamat Ingatkan Bank Mitra untuk Evaluasi

Bank diingatkan untuk meninjau ulang portofolio yang ditempatkan di perusahaan teknologi keuangan alias pinjaman online (pinjol).
Ilustrasi anak muda yang kebingungan lantaran memiliki tunggakan atau utang di pinjaman online atau pinjol. Dok Freepik
Ilustrasi anak muda yang kebingungan lantaran memiliki tunggakan atau utang di pinjaman online atau pinjol. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Kredit macet di pinjaman online (pinjol) atau industri P2P lending terpantau masih mengalami peningkatan. Data terbaru dari OJK per Juli 2023, tingkat kredit macet pinjol atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP 90) naik dari 3,29 persen pada Juni 2023 menjadi 3,47 persen pada Juli 2023.

Menariknya, sejumlah pinjol merupakan saluran perbankan untuk menyalurkan pinjaman kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Akibatnya, kenaikan kredit di pinjol sedikit banyak berdampak bagi perbankan. 

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan masalah kredit macet dalam industri fintech peer-to-peer lending alias pinjaman online (pinjol) memang menjadi perhatian serius dalam beberapa tahun terakhir. 

Untuk itu, Trioksa mengingatkan bank-bank yang memiliki portofolio pembiayaan di sektor fintech akan segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap portofolio mereka. Terutama untuk fintech-fintech yang tengah menghadapi masalah kredit macet yang signifikan. 

"Ke depannya bank akan lebih selektif dan ketat dalam memberikan pembiayaan ke fintech," ujarnya pada Bisnis, Jumat (29/9/2023). 

Meski memberi peringatan, sejumlah bank yang Bisnis hubungi menyatakan kredit kepada pinjol yang mereka salurkan relatif terkendali. 

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) misalnya, perusahaan telah menyalurkan pembiayaan ke P2P lending senilai hingga akhir Juni 2023 sebesar Rp2,2 triliun atau tumbuh 77 persen secara tahunan (year-on-year/yoy)

Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan BRI berhasil menjaga kualitas kredit yang disalurkan kepada P2P lending, hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah (Nonperforming loan/NPL) yang sebesar 1,5 persen. 

“Adapun, strategi menjaga kualitas NPL untuk segmen ini, Hendy menyebut BRI selektif dalam pemilihan partner dan borrower, serta secara preventif penyaluran pinjaman yang dilakukan oleh BRI melalui fintech wajib di-cover oleh asuransi kredit sesuai dengan kesepakatan dengan fintech,” ucapnya pada Bisnis, Kamis (28/9/2023).

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan total penyaluran kredit Bank Mandiri melalui kerja sama dengan perusahaan digital dan Fintech P2P Lending mencapai Rp3,09 triliun. Dana ini tersalurkan untuk 227.000 debitur.

Meski tak merinci lebih banyak, akan tetapi kabar terbaru menyebutkan Bank Mandiri telah bekerja sama dengan startup perikanan PT Rantai Pasok Teknologi (FishLog) pada Rabu (20/9/2023).

Dalam kerja sama tersebut ditandatangani oleh SVP SME Banking Bank Mandiri Alexander Dippo, pihaknya menyebut melalui kerja sama ini pihaknya berharap dapat memperluas akses pembiayaan sektor UMKM dan mengakselerasi inklusi keuangan dan ekosistem digital antar pelaku usaha. 

Adapun, sampai dengan akhir Agustus 2023 total penyaluran kredit UMKM Bank Mandiri secara digital telah mencapai Rp973,2 miliar (year to date/YtD) kepada lebih dari 115.000 debitur. Berbeda dengan BRI dan Bank Mandiri, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) justru masih terus meninjau kembali kerja sama penyaluran kredit melalui peer to peer (P2P) lending. Tercatat, hingga Juni 2023, belum ada data portofolio aktif P2P lending di BCA.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menjelaskan, hal ini lantaran pada prinsipnya BCA senantiasa berkomitmen mengutamakan prinsip kehati-hatian dan selaras dengan risk appetite di setiap pengambilan keputusan dalam menyalurkan kredit. 

 “Adapun rasio kredit bermasalah (NPL) BCA secara keseluruhan terjaga dengan baik yang tercatat sebesar 1,9 persen di semester I/2023, turun dari 2,2 persen di tahun sebelumnya,” katanya pada Bisnis, Kamis (28/9/2023). 

Hera pun menuturkan, pihaknya memang secara saksama mencermati dan mengukur risiko kredit secara berkala untuk memastikan tidak adanya kenaikan risiko yang signifikan.

Sementara itu, terkait kinerja industri fintech P2P lending sendiri masih mengalami pertumbuhan outstanding pembiayaan sebanyak 22,41 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp55,98 triliun pada Juli 2023.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya OJK Agusman mengatakan regulator terus memantau 23 penyelenggara pinjol dengan kredit macet tinggi.  

“OJK juga telah memberikan surat pembinaan dan meminta mengajukan action plan perbaikan pendanaan macet,” kata Agusman dalam jawaban tertulis pada awal bulan lalu (7/9/2023).  

Agusman menambahkan OJK selanjutnya akan memonitor pelaksanaan action plan tersebut dengan ketat. Apabila kondisinya lebih buruk, dia menambahkan regulator akan melalukan tindakan pengawasan lanjutan. 

Nantinya OJK mengenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran dan mengacu pada ketentuan dimaksud. Menurutnya pengenaan sanksi telah diatur sesuai dengan POJK. 

“Tentunya tindakan supervisory action dilakukan oleh OJK dalam rangka mitigasi,” katanya. 

Dari sisi permodalan, OJK mencatat ada sebanyak 76 pemain fintech P2P lending yang telah memenuhi ketentuan ekuitas minimum pada Juli 2023. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper