Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) meminta agar generasi muda bisa bersikap bijak memahami dan mengecek kemampuan membayar yang dimiliki di tengah kemudahan akses terhadap pinjaman online atau pinjol.
Ketua Bidang Hukum, Etika dan Perlindungan Konsumen di Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Ivan Tambunan berharap saat mengambil pinjaman, generasi muda mengupayakan untuk mengecek kembali terkait dengan apakah pinjaman tersebut memang benar-benar dibutuhkan dan tepat guna.
"Intinya, jangan sampai karena sekarang akses pinjaman mudah lalu jadi latah dalam mengambil pinjaman," ujarnya kepada Bisnis, dikutip, Rabu (11/10/2023).
Selama ini, rata-rata perusahaan pinjol menggunakan data credit history, dari penyelenggara yang menyediakan biro kredit sehingga data perkreditan pengguna tercatat di biro kredit tersebut.
"Namun memang penyelenggara belum terhubung langsung melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan [SLIK]," katanya.
Di sisi lain, CEO dan Co Founder Akseleran tersebut juga menjelaskan dalam praktiknya, perusahaan pinjol juga pernah mengalami kesulitan penagihan terjadi ketika penerima dana ternyata mangkir dari kewajibannya untuk melakukan pembayaran pinjaman.
Baca Juga
Digital Economy Researcher dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda memaparkan penyaluran pembiayaan ke sektor konsumtif semakin meningkat pada 2021. Dia pun memprediksikan pada saat yang sama terdapat pengalihan dari kartu kredit dan pembiayaan multiguna.
Hal ini, kata dia, dapat dilihat dari jumlah kantor cabang menurun dan pertumbuhan kartu kredit hanya 0,8 persen (pada Desember 2022), sedangkan pertumbuhan pinjaman online mencapai 71 persen pada periode yang sama dan 18 persen hingga Juli 2023.
Berdasarkan hal tersebut, dia juga memperkirakan adanya perpindahan masyarakat yang menggunakan kartu kredit ke pinjaman online.
Dia menjelaskan profil peminjam usia muda saat ini sangat potensial dimana rata-rata peminjamannya tertinggi dengan rata-rata pinjaman adalah Rp2,3 juta.
Berdasarkan data pinjaman rata-rata yang dikumpulkan oleh Indef per Juni 2023, peminjam di bawah usia 19 tahun adalah Rp2,3 juta dan peminjam dengan rentang usia 20-34 tahun adalah Rp2,5 juta, dengan pendapatan rata-rata pemuda di Indonesia Rp2 juta per bulan.
Artinya, pendapatan generasi muda lebih rendah dibandingkan dengan hutang di pinjaman online.
Dia membenarkan bahwa penduduk usia muda saat ini menjadi incaran perusahaan pinjol baik yang legal maupun ilegal. Sifat konsumtif menjadi salah satu daya tarik penduduk usia muda.
Selama ini, target pangsa pasar dari Fintech dan Bank Digital juga adalah masyarakat yang tergolong underbanked dan unbanked.
Sedangkan kedua golongan tersebut mencapai lebih dari 75 persen di Indonesia. Dengan demikian, dia menyimpulkan masih sangat terbuka bagi keduanya untuk 'melayani' kedua golongan tersebut.
Indef juga menemukan ada pergerakan yang serupa terkait dengan pencarian keyword judi online dan pinjaman online. Dia menduga penaikan pencarian pinjaman online dikarenakan kalah judi online dan uang pinjol digunakan untuk judi online.