Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan asuransi jiwa pelat merah PT BNI Life Insurance (BNI Life) paling banyak menempatkan investasinya pada instrumen pendapatan tetap yakni obligasi.
Bahkan porsinya mencapai lebih dari 80% dari seluruh portofolio investasi. Plt. Direktur Utama BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan strategi tersebut masih akan diterapkan perusahaan pada 2024.
“Mayoritas aset BNI Life ditempatkan pada instrumen pendapatan tetap [obligasi] dengan komposisi lebih dari 80%,” kata Eben kepada Bisnis Kamis (30/11/2023).
Tidak hanya itu Eben menambahkan perseroan juga menempatkan investasi pada instrumen lainnya. Beberapa di antaranya instrumen saham sebanyak 7%, serta instrumen reksadana pasar uang sekitar 5%, sisanya reksadana pendapatan tetap.
Pada 2024, Eben juga melihat kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan melakukan pemangkasan terhadap suku bunga. Setelah sebelumnya, suku bunga BI naik ke level 6% pada 18 Oktober silam.
Dia menyebut kemungkinan pemangkasan tersebut akan berdampak pada yield obligasi yang kemungkinan akan mengalami penurunan.
Baca Juga
“Ketika yield cenderung turun, maka harga-harga obligasi akan naik sehingga baik untuk portfolio obligasi melakukan profit taking,” kata Eben.
Adapun langkah profit taking digunakan untuk merealisasikan keuntungan, dengan demikian aktivitas trading (jual dan beli) pasti akan terus dilakukan.
Dalam laporan keuangan BNI Life pada Oktober 2023, jumlah investasi perseroan mencapai Rp21,2 triliun. Angka tersebut meningkat 6,62% dibandingkan pada Oktober 2022 yakni Rp20,3 triliun.
Adapun porsi paling banyak adalah pada obligasi pemerintah atau SBN yang mencapai Rp10,3 triliun pada Oktober 2023. Kemudian reksadana totalnya mencapai Rp6,1 triliun, sementara saham Rp1,56 triliun. Sisanya deposito berjangka Rp560 miliar dan penyertaan langsung Rp7,8 miliar.