Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Sebut Perputaran Uang Kering, Begini Kondisi Likuiditas Bank menurut OJK

Presiden Jokowi sebelumnya menyebut perekonomian belum dirasakan secara merata karena peredaran uang di sektor riil terbilang 'kering'.
Ilustrasi likuiditas bank. /Freepik
Ilustrasi likuiditas bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung bahwa perputaran uang saat ini kering. Meski begitu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bahwa kondisi likuiditas perbankan saat ini masih terkendali.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan mengacu pada data saat ini, kondisi likuiditas perbankan ada pada level yang memadai.

Tercatat rasio alat likuid/noncore deposit (AL/NCD) dan alat likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing berada di level 117,29% dan 26,36% per Oktober 2023.

Menurutnya kondisi tersebut masih jauh di atas ambang batas. "Jadi, memang secara keseluruhan sudah oke," kata Dian dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan OJK pada Senin (4/12/2023).

Namun, terjadi pelambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan, di mana pada Oktober 2023 tumbuh 3,43% dibandingkan bulan sebelumnya atau September 2023, DPK tumbuh 6,54%.

Sementara itu, rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) menanjak dari 83,92% pada September 2023 menjadi 84,19% pada Oktober 2023. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) telah terjadi kenaikan LDR 541 basis poin (bps).

LDR sendiri menunjukkan kondisi atau tingkat likuiditas suatu bank. Semakin tinggi LDR bank, maka semakin ketat likuditasnya. Sebaliknya, semakin kecil LDR, maka semakin longgar likuiditas bank.

Sebelumnya, kondisi likuiditas sempat disinggung Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023. Jokowi mengatakan dirinya bangga bahwa perekonomian nasional yang masih bertahan di kisaran 5%. 

Hanya saja, setelah mendengar keluhan dari beberapa pelaku usaha, ternyata perekonomian belum dirasakan secara merata karena peredaran uang di sektor riil terbilang 'kering'.

Jokowi juga menyinggung soal geliat perbankan yang memilih investasi pada beberapa instrumen investasi besutan negara, surat berharga negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), juga Sekuritas Berharga untuk Pembiayaan Inklusif (SPBI).

“Jangan-jangan [uang] terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SBN, atau SRBI atau SPBI, sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang,” ujarnya dalam acara PTBI 2023 pada pekan lalu (29/11/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper