Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deutsche Bank Tambah Modal jadi Rp10 Triliun di RI saat Bisnis Bank Asing Rontok

Deutsche Bank mengumumkan peningkatan modal lokal sebanyak dua kali lipat menjadi €600 juta atau Rp10 triliun untuk mendukung kegiatan bisnisnya di Indonesia
Kantor Deutsche Bank di London/Reuters-Luke MacGregor
Kantor Deutsche Bank di London/Reuters-Luke MacGregor

Bisnis.com, JAKARTA - Deutsche Bank menambah modal bagi kantor cabangnya di Indonesia untuk mendongkrak kinerja bisnis dan layanan pada nasabah. Namun, di tengah kucuran modal Deutsche Bank, sejumlah bank asing memilih menjual lini bisnisnya di Indonesia. 

Deutsche Bank mengumumkan peningkatan modal lokal sebanyak dua kali lipat menjadi €600 juta atau Rp10 triliun untuk mendukung kegiatan bisnisnya di Indonesia. Penambahan modal ini ketiga kalinya dijalankan Deutsche Bank di Asia Pasifik pada tahun ini, setelah sebelumnya melakukan investasi di Vietnam dan Korea Selatan.

CEO Deutsche Bank untuk Asia-Pasifik, Eropa, Timur Tengah & Afrika (EMEA) dan Jerman serta Anggota Dewan Manajemen Alexander von zur Muehlen mengatakan Deutsche Bank memang memilih untuk terus berinvestasi di Asia Pasifik dan berekspansi ke pasar yang semakin strategis bagi klien. 

"Kami juga melihat peluang jangka panjang di Indonesia, yang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia," ujarnya dalam keterangan tertulis pada Rabu (20/12/2023).

Menurutnya, terdapat faktor-faktor keunggulan Indonesia yang kuat seprti dalam hal sumber daya, dilengkapi dengan fokusnya pada industri-industri baru seperti teknologi dan manufaktur kendaraan listrik, serta reformasi struktural dan transformasi ekonomi.

"Kami yakin akan masa depan Indonesia dan akan terus berkembang bersama klien kami di sini," katanya.

Di Indonesia, penambahan modal akan dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan bisnis bank dan memungkinkannya untuk melakukan lebih banyak aktivitas layanan bagi para nasabah.

"Tambahan modal ini merupakan wujud atas keberhasilan kami hingga sekarang dan potensi berkelanjutan untuk ke depannya. Ini [tambahan modal] menggarisbawahi pentingnya Indonesia, yang merupakan landasan kawasan Asean bagi Deutsche Bank secara global dan klien kami," kata Chief Country Officer Deutsche Bank untuk Indonesia Siantoro Goeyardi.

Deutsche Bank sendiri telah hadir selama 54 tahun di Indonesia. Deutsche Bank menyediakan berbagai layanan perbankan korporasi kepada berbagai perusahaan multinasional, korporasi lokal besar, dan lembaga keuangan di Indonesia.

Layanan tersebut mencakup pengelolaan kas (cash management), FX, kustodian, dan pembiayaan perdagangan (trade finance).

Meski begitu, di tengah kucuran modal Deutsche Bank bagi kantor cabangnya di Indonesia, sejumlah bank asing nyatanya memilih menjual lini bisnis di pasar Tanah Air.

Commonwealth Bank of Australia (CBA) misalnya menjual unit usaha di Indonesia yakni PT Bank Commonwealth ke PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP). Baik CBA dan OCBC Indonesia telah melakukan penandatanganan sale and purchase agreement (SPA) dengan CBA untuk transaksi pembelian 99% saham Bank Commonwealth. 

Citibank N.A. Indonesia (Citi Indonesia) menjual lini bisnis consumer banking mereka di Indonesia kepada PT Bank UOB Indonesia. Adapun, pengalihan bisnis consumer banking Citi Indonesia ke UOB Indonesia berlaku efektif pada November 2023.

Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) telah menuntaskan penjualan dan pengalihan sejumlah portofolio bisnis konsumernya seperti kartu kredit hingga kredit pemilikan rumah (KPR) ke PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).

Pada 2018, PT Bank ANZ Indonesia juga telah melepas divisi retail mereka ke PT Bank DBS Indonesia.

Di sisi lain, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan dengan adanya aktivitas penjualan lini bisnis bank-bank asing ini, arah bisnis bank asing malah akan semakin jelas.

"Segmen komersial dan korporasi milik bank asing akan lebih berkembang, termasuk institusional banking. Kemudian, karena mereka [bank asing] akan fokus di bisnis tersebut, jadinya bisa prospektif dan menyaingi bisnis [institutional banking] bank dalam negeri," tutur Amin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper