Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan kondisi kecukupan modal perbankan di Indonesia berada di level yang tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan negara-negara sekawasan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, kondisi sektor jasa keuangan, termasuk perbankan di Indonesia pada 2023 terjaga di tengah berbagai tantangan. Kondisi likuiditas berada di atas ambang batas, meskipun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh termoderasi.
Dari sisi solvabilitas, industri jasa keuangan, termasuk perbankan pun terpantau solid. Kondisi serupa juga terjadi pada sisi permodalan.
"Bahkan sektor perbankan mencatat CAR [rasio kecukupan modal/capital adequacy ratio] 27,65%, di atas negara-negara kawasan," katanya dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) pada Selasa (20/2/2024).
Berdasarkan data OJK, CAR di level 27,65% per Desember 2023 itu mencatatkan peningkatan dibandingkan Desember 2022 di level 25,63%.
Menurutnya, pencapaian tersebut didukung oleh sinergi kuat antarpemangku kepentingan, mulai dari pelaku industri, OJK, hingga lembaga lain yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem keuangan (KSSK).
Baca Juga
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pun turut hadir di acara PTIJK. Jokowi mengapresiasi kinerja sektor jasa keuangan, termasuk perbankan.
"Di tingkat permodalan perbankan, ini di atas negara-negara di kawasan. Kredit perbankan juga masih bisa tumbuh di dobel digit 10,38% year-on-year, sudah di atas level prapandemi," tutur Jokowi.
Wakil Ketua Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Tigor M. Siahaan juga mengatakan, kondisi permodalan bank di Indonesia yang tinggi menjadi modal bagi pertumbuhan kredit tahun ini.
"Kemampuan modal untuk growth kredit sangat tinggi. Jadi optimistis [target kredit tercapai]," tuturnya.
OJK memang menargetkan kredit pada tahun ini bisa tumbuh di level 9%-11%. Pertumbuhan kredit ini ditopang oleh DPK yang ditarget naik 6%-8%.