Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi premi produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (Paydi) atau lebih kenal dengan unit-linked di asuransi jiwa akan mengalami rebound di tahun naga kayu 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan bahwa saat ini premi unit-linked sudah membaik dan menyentuh ambang dasar (bottom).
“Kalau itu [unit-linked] tumbuh baik, maka koreksi yang kita keluarkan lewat SEOJK Paydi maka berjalan dengan baik. Jadi nggak mungkin kembali ke titik awal. Saya nyebutnya new equilibrium, tapi kira-kira Rp4,6–R4,7 triliun per bulan, itu berarti sudah bagus. Kalau sudah naik itu artinya kita sudah selamat [membaik industri asuransi],” ujar Ogi saat ditemui usai Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024 di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Berkaca dari statistik itu, OJK optimistis premi unit-linked akan rebound. “Kami optimis, harus optimis dong kita [premi unit-linked rebound],” ujarnya.
Jika melihat data per Desember 2023, OJK mencatat pertumbuhan akumulasi premi asuransi jiwa masih terkontraksi sebesar 7,99% secara tahunan (year-on-year/yoy) dengan nilai sebesar Rp177,41 triliun.
Terpisah, Dosen/Praktisi Manajemen Risiko, dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman melihat bahwa premi unit-linked di asuransi jiwa diperkirakan akan bangkit kembali alias rebound pada kuartal IV/2024.
Baca Juga
“Diperkirakan [premi unit-linked] akan rebound pada kuartal IV/2024 dan itu tidak signifikan masih di bawah 1% yoy, tentunya dipengaruhi kondisi ekonomi makro,” kata Wahyudin kepada Bisnis, Kamis (22/2/2024).
Wahyudin mengatakan bahwa rebound premi unit-linked sangat dipengaruhi ekonomi makro mulai dari pertumbuhan ekonomi hingga inflasi. Serta, pemangkasan suku bunga yang berpengaruh pada imbal bagi hasil di pasar uang dan stabilitas politik atas pemilihan umum (Pemilu) dan pelantikan presiden.
Di sisi lain, menurut Wahyudin, yang menjadi kabar baik adalah penyesuaian Surat Edaran OJK (SEOJK) tentang Paydi oleh para pelaku yang mulai berangsur pulih.
Namun, juga masih ada kendala lain seperti faktor demografi pembeli yang mempengaruhi. Wahyudin melihat bahwa pembeli terbesar adalah milenial dan gen Z yang lebih cenderung memilih investasi murni.
“Karena sudah praktis melalui digitalisasi dan besaran investasi pun mulai dari Rp100.000. Unsur proteksi lebih menjadi opsi. Mereka sudah mempunyai asuransi jiwa karena adanya kewajiban kontrak kerja,” ujarnya.
Dari sisi pemain, perusahaan asuransi jiwa pelat merah PT BNI Life Insurance (BNI Life) memproyeksikan pendapatan premi dari produk unit-linked di tahun ini sebesar Rp1,49 triliun atau naik sekitar 4,4% dibandingkan pencapaian tahun 2023.
Plt. Direktur Utama BNI Life Eben Eser Nainggolan mengaku bahwa kendala dari pemasaran produk unit link saat ini adalah masih dalam proses masa transisi atas perubahan produk unit link yang menyesuaikan dengan regulasi baru.
“Dengan menaikkan target pendapatan premi unit-linked di tahun ini, kami optimis bahwa market dari produk ini masih ada,” kata Eben kepada Bisnis.
Eben menambahkan bahwa untuk mencapai target tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu melakukan segmentasi nasabah berdasarkan demografi (keluarga muda) dan nasabah dengan kemampuan finansial yang cukup.