Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada! Peningkatan Utang Pinjol saat Ramadan Bisa Picu Lonjakan Inflasi

Peningkatan pinjaman pada bulan Ramadan dapat mendorong peningkatan inflasi karena biasanya didominasi pinjaman konsumtif.
Ilustrasi pinjaman online atau pinjol/Dok. Freepik
Ilustrasi pinjaman online atau pinjol/Dok. Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) memproyeksi peningkatan pinjaman online alias pinjol saat Ramadan akan memicu kenaikan inflasi. Terlebih, pinjol lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.

Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu mengatakan bahwa sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, biasanya inflasi akan meningkat karena konsumsi masyarakat yang juga meningkat pada bulan Ramadan.

Selain itu, lanjut Yohanes, pinjaman biasanya juga akan meningkat pada bulan Ramadan, termasuk juga pinjol.

“Dengan meningkatnya pinjaman di bulan Ramadan, tentu akan mendorong peningkatan inflasi karena biasanya pinjaman konsumtif yang mendominasi di bulan Ramadan,” kata Yohanes kepada Bisnis, Senin (4/3/2024).

Kendati demikian, Pefindo menyampaikan bahwa selama proses kredit dilakukan dengan baik, maka tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) atau kredit macet pinjaman online seharusnya bisa terjaga. “Namun, tidak tertutup kemungkinan akan timbul kredit macet di beberapa pinjol,” ungkapnya.

Menurut Yohanes, mitigasi yang perlu dilakukan oleh pemain pinjol adalah dengan mengetahui nasabah atau know your customer (KYC) dengan baik sebelum memberikan pinjaman. “Dengan cara perkuat proses underwriting menggunakan berbagai data dan analisa,” pungkasnya.

Sebelumnya, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memproyeksi penyaluran pinjol pada saat momen Ramadan di tahun ini akan melonjak seiring dengan permintaan yang juga meningkat.

Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar melihat peningkatan penyaluran itu juga berpotensi menimbulkan inflasi dan terjadi kenaikan kredit macet yang bisa menjadi tantangan.

Menurut Entjik, penyelenggara fintech P2P lending perlu melakukan analisa dan pemantauan lebih lanjut terhadap faktor-faktor di lapangan yang mempengaruhi dinamika permintaan secara langsung.

“Mitigasi yang tepat perlu dilakukan untuk menekan angka kredit macet, seperti peningkatan analisis risiko dan pemantauan yang lebih ketat terhadap pinjaman yang diberikan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper