Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan leasing dalam dekapan raksasa keuangan asal Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau Adira Finance dan PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN) atau Mandala Finance mengungkap sejumlah racikan pendanaan.
Adira Finance mencatat total pinjaman Adira Finance meningkat sekitar Rp6 triliun pada 2023. Chief Financial Officer (CFO) Adira Finance menuturkan bahwa pinjaman yang dibukukan perusahaan tumbuh 53% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp10,5 triliun menjadi Rp16,1 triliun.
Gani menyampaikan bahwa kenaikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pendanaan Adira Finance. Menurut komposisi, Gani menuturkan bahwa pinjaman perbankan (bank-borrowing) berkontribusi sebesar 58% dari total pendanaan Adira Finance dan sisanya merupakan pinjaman dari bonds dan sukuk.
“Pendanaan Adira Finance 47% dari pembiayaan bersama dengan Bank Danamon atau joint financing,” kata Gani kepada Bisnis, Sabtu (23/3/2024).
Adapun pada 2024, Gani mengatakan bahwa pendanaan Adira Finance relatif sama seperti tahun sebelumnya.
“Adira Finance akan terus melakukan diversifikasi sumber pendanaannya melalui dukungan dari pembiayaan bersama dengan perusahaan induknya, yaitu Bank Danamon dan memperoleh pinjaman eksternal berupa pinjaman bank dan obligasi,” ungkapnya.
Baca Juga
Sementara itu, Mandala Finance menyampaikan bahwa hingga saat ini permodalan perusahaan berada dalam kondisi yang stabil.
Managing Director Mandala Finance Christel Lasmana mengatakan bahwa untuk strategi funding perusahaan pada tahun ini, sumber pendanaan masih akan berasal dari dana internal kas, perbankan baik dalam maupun luar negeri, serta melalui penerbitan surat berharga.
Christel menyampaikan bahwa emiten bersandi saham MFIN itu akan tetap menjaga komposisi yang berimbang baik antara sumber-sumber pendanaan tersebut.
“Kami optimis bahwa pendanaan kami akan lebih optimal dengan bergabungnya Mandala Finance ke ekosistem MUFG Group, di mana peringkat kredit kami telah direvisi naik dari single A dengan outlook positif ke AAA (triple A) dengan outlook stabil,” ungkap Christel kepada Bisnis.
Sebelumnya, dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Pembiayaan 2024–2028 melaporkan bahwa jumlah pendanaan yang diterima oleh perusahaan pembiayaan mencapai Rp358,53 triliun pada Desember 2023.
OJK mencatat sumber pendanaan sebagian besar didapatkan dari perbankan sebanyak Rp268,70 triliun atau 91,19% dari seluruh pendanaan yang diterima industri pembiayaan pada Desember tahun lalu.
Secara rinci, pinjaman yang bersumber dari pinjaman perbankan, lembaga jasa keuangan non-bank, dan lainnya sebesar Rp295,28 triliun atau sebesar 82,36%.
Di sisi lain, penerbitan surat berharga baik dalam bentuk Medium Term Notes (MTN), obligasi dan sukuk sebesar Rp63,25 triliun atau sebesar 17,64% dari total pendanaan.
Jika ditelisik lebih jauh, pinjaman dalam negeri perusahaan pembiayaan mayoritas berasal dari perbankan dimana porsinya mencapai 96,66%. Begitu pun yang terjadi dengan pinjaman luar negeri perusahaan pembiayaan yang didominasi oleh pinjaman perbankan, porsinya mencapai 66,65%.
Beberapa perusahaan pembiayaan menilai bahwa prosedur perolehan sumber pendanaan melalui penerbitan obligasi dan MTN masih belum semudah dan secepat pinjaman perbankan. Hal itu yang menyebabkan pinjaman perbankan masih mendominasi sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan.