Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Citi Indonesia Raup Laba Rp2,51 Triliun, Melesat 81,64% pada 2023

Kenaikan laba bersih Citi Indonesia didorong oleh kinerja pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 32,32% menjadi Rp4,75 triliun pada 2023.
CEO Citibank Indonesia Batara Sianturi/Bisnis-Arlina Laras
CEO Citibank Indonesia Batara Sianturi/Bisnis-Arlina Laras

Bisnis.com, JAKARTA - Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) mencatat laba bersih sebesar Rp2,51 triliun pada 2023, naik 81,64% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode sebelumnya Rp1,38 triliun 

Mengacu pada laporan keuangan yang dipublikasikan pada Harian Bisnis Indonesia, Selasa (2/4/2024), laba bersih Citibank didorong oleh kinerja pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 32,32% menjadi Rp4,75 triliun pada 2023 dari sebelumnya Rp3,59 triliun pada 2022.

Tak hanya itu, beban pemulihan kerugian penurunan nilai atau impairment Citi Indonesia juga susut 8,42% dari Rp314,51 miliar pada 2022 menjadi Rp288,04 miliar pada 2023.

Adapun, pendapatan bunga bank ditopang oleh margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tumbuh 110 basis poin (bps) ke level 5,32% pada 2023 dari level 4,22%

Selanjutnya, rasio profitabilitas bank membaik, tercermin dari rasio imbal ekuitas (return on equity/ROE) yang naik 513 bps ke level 14,14% dari sebelumnya 9,01%. Lalu, rasio imbal balik aset (return on asset/ROA) bank naik 100 bps menjadi 3,27% dari sebelumnya 2,27%.  

Kemudian, dari segi intermediasi, penyaluran kredit Citi Indonesia per Desember 2023 mencapai Rp35,39 triliun, dari sebelumnya Rp39,19 triliun. Aset bank juga mencapai Rp85,57 triliun pada 2023.

Seiring dengan penyaluran kredit, rasio kredit bermasalah alias (nonperforming loan/NPL) gross perseroan pun berada di level 3,36% dari sebelumnya 2,99%. Kemudian, NPL net berada di level 0,33% dari sebelumnya 0,08% 

Terakhir, dari segi pendanaan, Citibank Indonesia telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp54,76 triliun pada 2023, turun 26,15%  dari Rp74,14 triliun pada 2022. 

Sebelumnya, penyebab penurunan atas pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sempat disebut sebagai imbas dari proses akuisisi bisnis konsumer yang dilakukan oleh UOB Group. 

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi juga mengatakan kondisi penurunan DPK ini telah diprediksi jauh-jauh hari. Bahkan, Batara menyebut ini menjadi konsekuensi atas proses divestasi yang berjalan.  

“Oh iya, di business plan itu akan seperti itu, kan waktu kita submit plan ke OJK, sudah termasuk pengalihan itu. Turun [DPK] di saya, sementara naik di UOB, karena dialihkan [consumer business-nya],” ujarnya pada awak media usai Paparan Kinerja Kuartal III/2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper