Bisnis.com, JAKARTA - Memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah antara Iran dan Israel dinilai tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada raihan laba bank.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan mengatakan pasalnya perbankan RI kerap membeli sejumlah instrumen seperti surat berharga negara (SBN) atau sertifikat Bank Indonesia (SBI)
“Jadi ketika terjadi gejolak, mereka [bank] bisa mengerem penyaluran kredit, atau menekan kredit ke valas dan mengalihkan dana ke penempatan SBN dan BI,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (16/4/2024)
Sebagaimana diketahui, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pembelian obligasi korporasi non-bank oleh bank pada November 2023 mencapai Rp269,46 triliun, naik dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp231 triliun.
Sementara, nilai pembelian SBN oleh bank pada November 2023 mencapai Rp1.436,31 triliun, turun dari Rp1.458,92 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
"Kontribusi sektor perbankan dalam pembiayaan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan memang terwujud melalui pembelian obligasi korporasi non-bank dan pembelian SBN oleh perbankan," kata Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada Selasa (9/1/2024).
Baca Juga
Sebelumnya, Dian mengatakan di samping menyalurkan kredit, perbankan memang tetap perlu untuk melakukan penempatan asetnya pada surat-surat berharga, seperti SBN.
Namun, penempatan dana di surat berharga mesti dilakukan secara berhati-hati dan terencana baik, terutama untuk mengelola likuiditasnya, di samping dapat memberikan pendapatan bagi bank.
Bank juga memiliki strategi yang disesuaikan dengan risk appetite dan rencana bisnis-nya masing-masing, termasuk dalam penempatan portofolio atau asset liquidity management.