Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Crazy Rich Chairul Tanjung Kendalikan 5 Bank (Mega, Allo Bank, Hingga Sulutgo), Intip Laba pada Awal 2024

Sebanyak 4 dari 5 bank milik konglomerat Chairul Tanjung mengalami penurunan laba pada kuartal I/2024. Sedangkan satu bank digital mengalami lonjakan tinggi.
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Abdurachman
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Crazy rich Chairul Tanjung menggenggam kepemilikan di 5 bank Tanah Air. Pada awal tahun ini, bank-bank besutan konglomerat muslim terkaya itu sebagian besar mencatatkan kinerja menurut pada kuartal I/2024. Sedangkan lini bank digital, yakni Allo Bank mencatatkan kinerja solid di zona hijau. 

Chairul Tanjung menggenggam kepemilikan di PT Bank Mega Tbk. (MEGA) melalui entitas holding PT Mega Corpora dengan porsi 58,02%. Adapun, Bank Mega membukukan laba bersih Rp802,51 miliar pada kuartal I/2024, turun 18,55% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp985,38 miliar. 

Laba bank syariah milik Chairul Tanjung, PT Bank Mega Syariah (BMS) juga susut 35,98% yoy menjadi Rp50,06 miliar pada kuartal I/2024, dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp78,2 miliar.

Chairul Tanjung juga menggenggam kepemilikan saham di beberapa bank daerah, seperti di PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah (Bank Sulteng) dengan porsi 24,9%. Selain itu, terdapat porsi kepemilikan 24,82% di PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Gorontalo atau BPD Sulutgo (BSG).

Kedua BPD portofolio Chairul Tanjung itu juga membukukan kinerja laba yang jeblok pada awal tahun ini. Bank Sulteng misalnya mencatatkan penurunan laba 16,09% yoy menjadi Rp61,74 miliar pada kuartal I/2024.

Lalu, Bank Sulutgo mencatatkan penurunan laba bersih 5,34% yoy dari Rp78,87 miliar pada kuartal I/2023 menjadi Rp74,65 miliar pada kuartal I/2024.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan pada awal tahun ini, industri perbankan memang menghadapi sederet tantangan. "Ada tantangan dari relaksasi restrukturisasi kredit yang tidak diperpanjang, pelemahan mata uang rupiah, dan kondisi ekonomi serta daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya membaik," ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu (7/5/2024).

Tren tingginya suku bunga acuan juga menjadi tantangan, termasuk bagi Bank Mega. Wakil Direktur Utama Bank Mega Diza Larentie menyebut tren kenaikan suku bunga menyebabkan tertekannya biaya dana alias cost of fund (CoF).

“BI [Bank Indonesia] sudah menaikkan suku bunga beberapa kali seiring The Fed. Kemudian, kredit juga agak bertolak belakang, minta bunganya turun, padahal CoF naik,” ujarnya.

Allo Bank (BBHI) Moncer

Di antara portofolio bank milik Chairul Tanjung, terdapat satu bank yang mencatatkan kinerja laba moncer, yakni bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI). Allo Bank telah meraup laba bersih Rp111,48 miliar pada kuartal I/2024, naik 23,19% yoy dibandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp90,49 miliar.

Berdasarkan laporan keuangannya, peningkatan laba bank didorong oleh raupan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 10,97% yoy menjadi Rp263,12 miliar pada kuartal I/2024.

Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank digital ini pun naik dari 8,22% pada Maret 2023 menjadi 8,97% per Maret 2024.

Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan di tengah sederet tantangan pada awal tahun ini, termasuk tren tingginya suku bunga, Allo Bank menyiapkan berbagai strategi.

“Tingkat suku bunga tinggi biasanya berdampak pada pembiayaan, mengingat faktor ketidakpastian menjadi acuan utama dalam pengelolaan risiko pembiayaan, sedangkan dengan naiknya tingkat suku bunga acuan dikhawatirkan memberikan tekanan terhadap debitur,” ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu (6/5/2024).

Di tengah tantangan tersebut, Allo Bank menggenjot dana pihak ketiga (DPK), mengoptimalkan fungsi intermediasi, khususnya melalui produk dan jasa berbasis digital, dalam menghasilkan dan menumbuhkan laba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper