Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Kredit Bermasalah Naik, Relaksasi Covid-19 Berakhir Terlalu Cepat?

Kredit bermasalah atau NPL perbankan berisiko naik usai kebijakan relaksasi restrukturisasi Covid-19 disetop.
Annisa Sulistyo Rini,Arlina Laras
Senin, 20 Mei 2024 | 08:30
Ilustrasi NPL (kredit macet)./Bisnis.com
Ilustrasi NPL (kredit macet)./Bisnis.com

Tanggapan Industri

Dari sisi pemain, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan di tengah pencabutan restrukturisasi Covid-19, tentu risiko NPL akan selalu ada.

“Tapi kalau kita lihat secara umum LAR di Indonesia cenderung menurun, relaksasi yang dilakukan OJK betul-betul membantu. Kita juga melihat setelah dinormalisasi, NPL kita juga enggak bergerak terlalu drastis,” ujarnya dikutip Minggu (19/5/2024).

Tercatat, NPL BCA naik tipis menjadi 1,9% pada kuartal I/2024 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yakni 1,8%. Adapun, LAR perseroan menurun ke level 6,6% dari sebelumnya 9,8%.

“Menurut saya, secara umum apabila dilakukan secara baik, dimonitor secara baik, waktu [bank] memberikan kredit juga secara prudent, ya enggak akan meningkatkan risiko kredit [drastis],” ujarnya.

Per Maret 2024, BCA mencatatkan pencadangan kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) atau NPL coverage 220,3%. Sementara, pencadangan kredit berisiko atau LaR coverage pada level 71,9%.

Saat ini, secara keseluruhan restrukturisasi yang tercatat di BCA mencapai Rp16,8 triliun per Maret 2024, turun 58,1% dari periode yang sama tahun lalu Rp40,1 triliun.

Lain hal dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang mencatat kredit restrukturisasi Covid-19 tersisa Rp22,3 triliun atau 1,56% dari total kredit.

Seiring dengan penyusutan restrukturisasi, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar optimistis kinerja akan terus membaik. “Perseroan secara bertahap telah melakukan stress test dan sensitive analyst dari berbagai aspek,” ujarnya.

Tercatat, NPL gross bank only berada pada level 1,02% per Maret 2024, turun 68 basis poin (bps) dari periode yang sama di tahun lalu yang sebesar 1,7%. Kemudian, LaR berada pada level 8,43% dari 11,3%.

Kemudian, pada kuartal I/2024, pencadangan atas kredit bermasalah atau NPL coverage Bank Mandiri mencapai 318%. Sementara, posisi pencadangan kredit berisiko berada pada level 44,5%.

Lebih lanjut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan NPL bank only sebesar 3,27% pada kuartal I/2024, naik dari sebelumnya 3,02%, sedangkan, LAR berada pada level 12,74%.

Kemudian, berdasarkan presentasi perusahaan, dari sisi total outstanding atas restrukturisasi Covid-19 mencapai Rp41,5 triliun per Maret 2024, susut dari periode tahun lalu Rp54,5 triliun. Adapun, per Maret 2024, BRI mencatatkan NPL coverage 214,26% dan LaR coverage pada level 52,41%.

Sementara, PT Bank Negara Indoensia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatat NPL gross mengalami perbaikan menjadi 2% dari sebelumya 2,8%, sedangkan NPL net berada pada level 0,7% dari 0,5%.

Sebelumnya, Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini mengatakan BNI juga terus melakukan pengkajian secara berkala atas dampak dari pencabutan kebijakan restrukturisasi kredit Covid-19. Menurutnya, pencabutan restrukturisasi diproyeksikan tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan risiko kredit.

"Memang kami kaji berkala prospek debitur untuk pulihkan usahanya dan potensi kolektabilitas normal. Jadi kami menilai mereka berada pada kondisi risiko yang minimal," ujarnya.

Dari sisi pencadangan, per Maret 2024 BNI menyiapkan NPL coverage pada level 330,2%. Lalu, LaR coverage pada level 50,4%. Secara keseluruhan, total restrukturisasi BNI mencapai 39,7 triliun per Maret 2024, dari periode yang sama tahun lalu yakni mencapai Rp80,5 triliun.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper