Bisnis.com, JAKARTA - Bank digital kongsi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) dengan layanan ride hailing Grab yakni Superbank membukukan kerugian Rp105,06 miliar pada kuartal I/2024. Kerugian bank digitak itu membengkak tiga kali lipat atau naik 203,97% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp34,56 miliar. Lantas apa penyebabnya?
Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan banyak investasi agar bisa memberikan layanan produk keuangan yang mudah, cepat, aman dan terpercaya bagi nasabah.
“Kita investasi di platform, infrastruktur, sistem dan juga SDM. Lalu, selama ini kan kita berinvestasi [atas produk yang] belum launching. Artinya, income atau revenue belum terjadi karena launching baru hari ini,” ujarnya pada awak media, Rabu (19/6/2024)
Ke depan, dia pun berharap usai launching pengembalian atas investasi yang dilakukan akan timbul di kuartal atau bahkan tahun-tahun berikutnya. Lebih lanjut, Tigor juga menuturkan Superbank terus berupaya memperbaiki kinerja utamanya dari sisi kualitas kredit di level yang sehat.
Apalagi, pihaknya memang memiliki misi memberikan akses ke layanan finansial bagi lebih banyak masyarakat Indonesia, khususnya segmen underbanked, baik UMKM maupun retail mikro secara jangka panjang.
“Kita memanfaatkan data yang dimiliki Grab terkait tren penjualan mereka [UMKM], apakah konsisten atau tidak, lalu lokasinya bagaimana dan lain sebagaimana. Jadi kita jadi tahu mana yang layak diberikan financing. Dari data [Grab] kita bisa buat credit scoring yang canggih,” jelasnya.
Baca Juga
Terkait pertumbuhan kredit yang naik signifikan, Chief Business Officer Superbank Sukiwan mengatakan perusahaan telah bekerja sama dengan sejumlah mitra, termasuk fintech. Selain itu, Superbank ikut memberikan kredit langsung kepada perusahaan yang sesuai dengan strategi bank.
“Skema channeling fintech akan selalu menjadi strategi keseluruhan [bank], tapi untuk saat ini focus utama kita adalah mengembangkan bisnis melalui lewat ekosistem kita [Grab] ke depan akan ke Emtek,” ucapnya.
Berdasarkan laporan keuangan, Superbank memang tengah menanggung sederet beban yang mengalami kenaikan. Misal, beban tenaga kerja meningkat 54,15% menjadi Rp119,34 miliar.
Lalu, beban promosi meningkat 116,35% menjadi Rp1,35 miliar dan beban lainnya mengalami pembengkakan 183,74% menjadi Rp60,46 miliar pada kuartal I/2024.
Meski begitu, dari sisi intermediasi, Superbank agresif menyalurkan kredit dengan total penyaluran kredit mencapai Rp3,11 triliun pada kuartal I/2024, tumbuh 221,85% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp965,79 miliar
Sayangnya, seiring dengan kenaikan kredit, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross juga terpantau naik menjadi 4,76% dari 3,97%. NPL nett juga naik menjadi 0,57% dari 0,26%
Terakhir, dari sisi pendanaan, Superbank mampu meraup dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp603,41 miliar pada kuartal I/2024, tumbuh 27,69%. Adapun, dana murah alias current account saving account naik 52,36% menjadi Rp249,1 miliar per Maret 2024.