Bisnis.com, LONDON – Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) melakukan audiensi dengan TheCityUK, asosiasi lembaga jasa keuangan Inggris, dan Kuflink, platform fintech peer-to-peer (P2P) Inggris, di London pada 12 Juni 2024. Kunjungan ini bertujuan untuk memperkenalkan industri fintech P2P lending Indonesia dan membuka peluang kerja sama dan investasi dari Inggris.
Dalam audiensi dengan TheCityUK, AFPI memaparkan berbagai manfaat dan peluang industri fintech P2P lending Indonesia. Perwakilan AFPI, yang dipimpin oleh Ketua Umum Entjik S. Djafar, didampingi oleh Ketua Bidang Humas Kuseryansyah dan Direktur Eksekutif Yasmine Meylia Sembiring, menjelaskan bahwa fintech P2P lending telah memainkan peran penting dalam menyediakan akses pendanaan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Industri ini juga telah berkembang pesat, dengan jumlah platform P2P lending yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencapai 100.
TheCityUK menyambut baik kehadiran AFPI dan menunjukkan antusiasme mereka terhadap industri fintech P2P lending Indonesia. Zhouchen Mao, Head, Asia Pacific TheCityUK, menyatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu fokus utama dalam portofolio investasi para anggota TheCityUK. Namun, dia mengakui bahwa masih banyak anggota TheCityUK yang belum memahami industri fintech P2P lending di Indonesia secara mendalam.
Audiensi ini diharapkan dapat menjadi jembatan untuk membuka jalan kerja sama dan investasi dari para anggota TheCityUK ke industri fintech P2P lending Indonesia.
Kunjungan AFPI dilanjutkan dengan audiensi di kantor pusat Kuflink, platform P2P lending terkemuka di Inggris. Dalam diskusi dengan Narinder Khattoare, Co-Founder dan CEO Kuflink, AFPI mendapatkan berbagai wawasan berharga tentang perkembangan industri fintech P2P lending di Inggris.
Beberapa poin penting yang dipelajari dari Kuflink antara lain adalah bagaimana mayoritas platform P2P lending di Inggris fokus pada pinjaman beragunan (secured loan), baik untuk multiguna maupun pinjaman produktif. Pasca pandemi COVID-19, banyak platform P2P lending di Inggris mengalami peningkatan Non-Performing Loan (NPL) yang signifikan, sehingga memicu kekhawatiran regulator Financial Conduct Authority (FCA). Hal ini mendorong regulator FCA untuk mengeluarkan berbagai peraturan baru dalam tiga tahun terakhir, dengan fokus utama pada perlindungan pemberi pinjaman (lender). Salah satu regulasi baru tersebut membatasi pendanaan maksimum dari lender individu hingga 10% dari total pendapatan mereka. Beberapa platform P2P lending di Inggris, seperti Zopa, telah beralih menjadi bank digital.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Kuflink tetap optimis dengan prospek industri P2P lending di Inggris. Model bisnis Kuflink yang berbasis pinjaman dengan agunan properti (asset-backed) menawarkan proses pengamanan aset yang lebih cepat dibandingkan bank, yaitu 30-45 hari, dibandingkan dengan 3 bulan di bank tradisional.
Audiensi dengan TheCityUK dan Kuflink diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi AFPI dan industri fintech Indonesia. Antara lain untuk meningkatkan pemahaman investor Inggris tentang industri fintech P2P lending Indonesia, yang dalam jangka panjang
dapat membuka peluang kerja sama dan investasi dari para anggota TheCityUK ke industri fintech P2P lending Indonesia, memberikan wawasan berharga tentang praktik terbaik dan regulasi di industri fintech P2P lending Inggris, serta mendorong inovasi dan pengembangan produk di industri fintech P2P lending Indonesia.
Kunjungan AFPI ke Inggris merupakan langkah penting untuk memperkuat hubungan antara industri fintech Indonesia dan Inggris. Dengan terjalinnya kerja sama dan investasi dari Inggris, diharapkan industri fintech P2P lending Indonesia dapat terus berkembang dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.