Bisnis.com, JAKARTA - Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) kian menarik di mata perbankan. Pengamat dan bankir menilai imbal hasil yang tinggi dengan tenor yang lebih pendek menjadi daya tarik untuk bank menempatkan dananya di instrumen tersebut.
Berdasarkan data Bank Indonesia, kepemilikan perbankan terhadap SRBI per Juni 2024 mencapai Rp461,29 triliun, secara bulanan naik Rp76,74 triliun dari Mei 2024 yakni Rp384,55 triliun. Dengan capaian per Juni 2024, itu artinya SRBI perbankan mendominasi hingga 63,97% dari total keseluruhan SRBI yang diterbitkan.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan mengatakan likuiditas yang mengetat dan biaya dana (cost of funds) yang mahal, sehingga bunga kredit mahal bisa menyebabkan dampak negatif terhadap kualitas aset rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) yang pada akhirnya mengarahkan pada faktor risiko kredit meningkat.
“Ini menyebabkan bank tertarik untuk menempatkan dana kelebihan DPK-nya di SRBI yang lumayan menarik untuk margin dibandingkan dengan kredit yang risiko lebih tinggi,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (17/7/2024).
Senada, Executive Director Segara Research Institute Piter Abdullah menyampaikan bahwa SRBI menawarkan imbal hasil yang tinggi.
Menurutnya, di tengah peningkatan risiko kredit, SRBI yang bebas risiko dengan return tinggi menjadi sangat menarik. Kata Piter, wajar apabila bank lebih memilih menempatkan dananya di SRBI. “Return after risk dari SRBI lebih tinggi daripada kredit,” ujarnya.
Baca Juga
Meski demikian, Piter menyinggung bahwa terdapat risiko yang mungkin timbul dari tingginya pembelian SRBI terhadap stabilitas likuiditas bank dalam jangka panjang, yakni terjadinya crowding out.
“Pembiayaan fiskal terancam, penyaluran kredit perbankan menurun, investasi melambat, pertumbuhan ekonomi menurun,” ucapnya.
Sebagaimana diketahui, pada dasarnya, SRBI menjadi alat untuk menstabilkan rupiah yang BI luncurkan pada pertengahan September 2023.
Tercatat kini suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per tanggal 12 Juli 2024 tercatat masing-masing pada level 7,30%, 7,39%, dan 7,43%.
Adapun, pada bulan lalu, suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan pada tanggal 14 Juni 2024 tercatat menarik masing-masing pada level 7,16%, 7,28%, dan 7,35%.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni P. Joewono pun membantah soal adanya crowding out dari SRBI ke kredit. Hal ini terlihat dari tren kredit Bank BUMN hingga kredit swasta nasional yang tergabung dalam KBMI III dan KBMI IV sejak Desember 2023 hingga Juni 2024 yang terus mengalami kenaikan.
“Jadi, perkembangannya semua naik DPK naik, kredit naik dan SRBI naik. Betul ada sedikit alokasi dari SBN ke SRBI tapi ini tidak mengurangi komposisi bank bahwa dia tetap menjalankan fungsi untuk memberikan kredit jauh lebih banyak dibanding sebelumnya,” ujarnya dalam RDG Juli 2024, Rabu (17/7/2024).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga menambahkan bahwa aset bank terbagi menjadi tiga, yakni dalam bentuk kredit, alat likuid, dan penempatan ke BI.
Adapun, untuk bank-bank BUMN dari sisi aset, komposisi ke kredit pada Desember 2023 mencapai 68,01%, lalu pada Juni 2024 menjadi 71,9%. Sementara, KBMI III dan IV pada Desember 2023 sebesar 61,17% naik menjadi 63,28%.
Pada periode yang sama, komposisi atas penempatan ke BI pada Bank BUMN dari 9,03% turun menjadi 5,64%, lantaran ekspansi moneter. Kemudian, KBMI III dan KBMI IV dari semula 7,84% menjadi 6,14%. “Jadi, ini realokasi lebih banyak ke penyaluran kredit,” ujarnya.