Bisnis.com, JAKARTA - Tren penyaluran pinjaman perorangan, termasuk kredit konsumer, terus melemah sejak awal 2024 seiring dengan ketidakpastian kondisi global hingga pelemahan daya beli masyarakat.
Menurut Analisis Uang Beredar yang dirilis oleh Bank Indonesia pada Juni 2024, kredit perorangan tercatat tumbuh sebesar 6,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai Rp3.386,9 triliun. Angka ini mengalami penurunan tipis dari pertumbuhan 6,5% yang tercatat pada Mei 2024.
Perlambatan pertumbuhan kredit ini telah terlihat sejak awal tahun 2024. Pada Januari 2024, pertumbuhan kredit sempat mencapai 9,8%, tetapi mengalami penurunan pada bulan-bulan berikutnya dengan pertumbuhan sebesar 8,6% pada Februari, 7,6% pada Maret, dan 7,2% pada April 2024.
Senior Economist UOB Enrico Tanuwidjaja mengatakan penurunan ini terjadi di dua sisi. Pertama, dari sisi permintaan yang memang menurun lantaran ketidakpastian baik global, regional hingga domestik. Di mana, orang cenderung memoderasi dari sisi konsumsi. Kedua, dari sisi perbankan juga cenderung berhati-hati dalam hal pemberian kredit tanpa agunan
“Dia [perbankan] akan lebih memilih secara historis dan lain sebagainya jadi dua sisi yang kena. Secara keseluruhan turun dari supply dan demand,” ujarnya usai agenda UOB Media Editors Circle, Senin (12/8/2024)
Menurutnya, kredit konsumer masih akan diperkirakan melambat, lantaran ada faktor wait and see. Dia pun menilai laju kredit konsumer bakal makin positif pada kuartal I/2025, terdorong penurunan suku bunga acuan, kestabilan, dan apresiasi rupiah hingga optimisme pemerintahan baru.
Lebih lanjut, soal potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh BI, dia melihat tak ada peluang penurunan suku bunga acuan tahun ini. Justru, berdasarkan prediksinya, BI rate bakal turun pada kuartal I/2025 sebesar 50 basis. “Dari titik sekarang 125 basis poin secara total,” ujarnya.
Dari pemain bank jumbo swasta, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) optimistis mencapai target pertumbuhan total kredit pada 2024 yakni 9%-10%.
Portofolio kredit konsumer BCA meningkat 13,6% YoY menjadi Rp210,2 triliun per Juni 2024, didorong penyaluran KPR yang tumbuh 10,8% YoY mencapai Rp126,9 triliun serta pertumbuhan KKB sebesar 18,4% YoY menjadi Rp62,1 triliun.
“Outstanding pinjaman konsumer lainnya tumbuh 20,2% YoY mencapai Rp17,8 triliun. Segmen pinjaman konsumer lainnya ini mencakup pinjaman perorangan [personal loan] yang sebagian besar merupakan kartu kredit. Selain itu, terdapat pula Paylater BCA hingga payroll,” ungkap EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn kepada Bisnis.
Ke depan, BCA berkomitmen senantiasa menyalurkan kredit ke sektor-sektor potensial dengan tetap memperhatikan berbagai pertimbangan seperti kondisi perkonomian domestik maupun global, termasuk menyalurkan kredit secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko disiplin.
“Kami optimistis penyaluran kredit konsumer akan terus tumbuh ke depannya. BCA secara konsisten memberikan nilai tambah kepada nasabah dengan menghadirkan beragam promo menarik di berbagai segmen,” ujar Hera.