Bisnis.com, JAKARTA - PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) sampai Agustus 2024 lalu telah menyalurkan pembiayaan mencapai Rp4,7 triliun, atau tumbuh 19% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Managing Director Mandala Finance Christel Lesmana mengatakan selaras dengan hal itu perusahaan juga tetap menjaga kualitas kredit macet atau Non Performing Financing (NPF).
"Pada bulan Agustus 2024, penyaluran pembiayaan Mandala masih stabil dengan NPF sebesar 2,26%, di mana angka ini masih terjaga di bawah rata-rata industri pembiayaan. Kondisi ini menunjukkan perusahaan juga dalam keadaan yang sehat," kata Christel kepada Bisnis, Rabu (11/9/2024).
Adapun per Juli 2024 lalu kondisi NPF dalam industri pembiayaan secara keseluruhan mengalami kenaikan secara tahunan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NPF gross industri pembiayaan naik menjadi 2,75%, dari 2,69% pada Juli 2023. Sementara itu, NPF nett juga naik dari 0,73% pada Juli 2023 menjadi 0,84% pada Juli 2024.
"Kami melihat kenaikan kredit macet di industri pembiayaan disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan harga kebutuhan pokok serta melemahnya daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah," kata Christel.
Baca Juga
Dalam tren industri seperti itu, Christel menegaskan Mandala tetap fokus dalam menjaga kinerja yang baik dengan meningkatkan pengelolaan operasional dan penyaluran kredit yang tepat sasaran sesuai prinsip kehati-hatian.
Selain itu, pihaknya juga berupaya untuk menjalankan berbagai strategi demi mengantisipasi dampak kenaikan NPF yaitu dengan menjaga tingkat pencadangan yang optimal, lebih selektif dalam penyaluran pembiayaan, dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno juga menilai penurunan daya beli masyarakat saat ini memberi andil dalam tren NPF perusahaan pembiayaan.
"Daya beli turun bukan kita bicara sekarang yang beli kendaraan turun, tapi juga terhadap kredit yang ada. Artinya apa, kenapa daya beli turun, artinya harga harga beras, jagung, bahan pokok meningkat, sampai hari ini juga tinggi. Pasti orang lebih pentingkan penuhi kebutuhan pokok dulu sehingga duitnya kepakai. Itu yang menyebabkan mungkin adanya gangguan terhadap pembayaran cicilan dan berakhir pada non performing," kata Suwandi.