Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) bersiap merombak jajaran pengurus PT Bank Muamalat Tbk. Kepastian itu seiring rencana rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Bank Muamalat pada 11 Desember 2024 mendatang.
Demi, Humas BPKH, menyebutkan manajemen yang diganti akan disampaikan dalam pengumuman resmi. "Pada prinsipnya [pergantian pengurus] bertujuan untuk peningkatan kinerja," katanya, Selasa (19/11/2024).
BPKH adalah pemegang saham mayoritas Bank Muamalat. Badan publik pengelola uang jemaah haji itu tercatat memiliki 82,66% saham Bank Muamalat per pertengahan November 2021.
Dilihat dalam laman Bank Muamalat, terdapat tiga direksi yang sedang mengelola bank syariah tertua di Indonesia itu, yakni Hery Syafril, Riksa Prakoso, dan Karno. Akan tetapi, Hery yang dirancang sebagai direktur utama dan Riksa sebagai direktur bisnis disebut masih dalam proses pengajuan penilaian kemampuan dan kepatutan oleh OJK. Dua nama ini bergabung ke Bank Muamalat melalui RUPS 27 Juni 2024. Dengan kondisi ini, Karno yang menjabat sebagai Direktur Kepatuhan bertindak sebagai Plt Direktur Utama.
Sedangkan pengurus Bank Muamalat dari jajaran komisaris terdiri dari Amin Said Husni, Sartono, dan Andre Mirza Hartawan. Dari komposisi ini, Amin, yang juga mewakili unsur Komisaris Independen, masih berstatus dalam tahap uji kelayakan dan kepatutan dari OJK.
RUPSLB Bank Muamalat pekan depan juga akan mengambil putusan terkait asuransi purna jabatan untuk pengurus lama dan pengurus baru, persetujuan recovery plan, dan perubahan anggaran dasar.
Baca Juga
"Pemegang saham yang berhak hadir atau diwakili dan memberikan suara dalam RUPSLB adalah pemegang saham perseroan yang namanya tercatat dalam DPS pada Senin, 18 November 2024," tertulis dalam pengumuman Bank Muamalat.
Kinerja Anjlok
Momen pergantian pengurus ini berdekatan dengan kondisi kinerja laba perseroan yang menurun tajam. Tercatat Bank Muamalat membukukan laba bersih Rp8,54 miliar hingga kuartal III/2024. Capaian ini anjlok 83,69% secara tahunan (year on year/ YoY) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya senilai Rp52,36 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan pada Kamis (7/11/2024) Bank Muamalat mencatatkan penurunan pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar 24,66% yoy menjadi Rp149,49 miliar pada kuartal III/2024 dari sebelumnya Rp198,42 miliar pada kuartal III/2023. Net operating Margin (NOM) pun makin mengecil dan telah berada di level 0,04% per September 2024 dari sebelumnya 0,22% per September 2023.
Selanjutnya, pendapatan non bunga yakni pendapatan berbasis komisi (fee based income) turun 26,54% yoy menjadi Rp504,76 miliar pada September 2024 dibanding sebelumnya Rp687,12 miliar. Pendapatan lainnya pun menurun 9,38% yoy menjadi Rp41,9 miliar dari sebelumnya Rp46,24 miliar.
Saat laba menurun, perusahaan justru melaporkan beban tenaga kerja yang naik 3,53% yoy menjadi Rp479,45 miliar dari sebelumnya Rp463,12 miliar .
Beban operasional lainnya bersih pun membengkak 15,05% menjadi Rp131,75 miliar pada September 2024 dari sebelumnya Rp114,52 miliar pada September 2023. Alhasil, laba operasional Bank Muamalat turun hingga 78,86% yoy menjadi hanya Rp17,74 miliar dari sebelumnya Rp83,9 miliar. Penyusutan kinerja juga terjadi di sisi intermediasi, di mana pembiayaan Bank Muamalat turun 16,02% yoy dari Rp21,7 triliun pada kuartal III/2023 menjadi Rp18,22 triliun pada kuartal III/2024. Sejalan dengan penurunan pembiayaan, aset bank juga mengalami penyusutan sebesar 9,56% yoy menjadi Rp59,87 triliun dari sebelumnya Rp66,2 triliun.
Seiring dengan peningkatan pembiayaan, rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming financing) mengalami pemburukan. NPF gross berada di level 2,95% dari sebelumnya 2,18%. Bahkan, NPF net melonjak menjadi 2,34% dari 0,43%. Selanjutnya, Bank Muamalat mencatat penyusutan Dana Pihak Ketiga sebesar 10,1% yoy menjadi Rp43,19 triliun per September 2024 dari sebelumnya Rp48,05 triliun.
Meski demikian, raihan dana murah atau Current Account and Saving Account (CASA) tumbuh 3,98% yoy menjadi Rp22,38 triliun dari sebelumnya Rp21,53 triliun.