Sebagaimana diketahui, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah mengambil sikap, di mana SRBI dianggap menjadi salah satu instrumen yang dapat menahan depresiasi rupiah tidak semakin dalam.
Perry menyampaikan meski rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,74% sepanjang tahun ini (hingga 19 November) dari akhir 2023, namun tidak sedalam mata uang negara lain seperti dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26%, 5,83%, dan 7,53%.
Tercatat, suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 15 November 2024 tercatat masing-masing pada level 6,79%, 6,85%, dan 7,07%, tetap menarik untuk mendukung aliran masuk modal asing. Posisi tersebut lebih tinggi dari suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 11 Oktober 2024 tercatat masing-masing pada level 6,69%, 6,79%, dan 6,84%.
Sementara itu, pada Oktober 2024, suku bunga simpanan berjangka pada tenor 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan masing-masing sebesar 5,53%, 5,58% dan 5,92% pada Oktober 2024. Setelah pada September 2024 masing-masing tercatat sebesar 5,52%, 5,55% dan 5,89%.
Di sisi lain, suku bunga simpanan tenor 1 dan 24 bulan tercatat masing-masing sebesar 4,75% dan 4,29% turun dibandingkan September 2024 sebesar 4,77% dan 4,34%.