Bisnis.com, JAKARTA - Industri perbankan di Indonesia saat ini dikuasai oleh empat bank besar yang masuk pada kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 4. Bisnis pun merangkum kinerja terbaru dari bank-bank yang mendominasi industri. Berikut ulasannya.
Sebagai informasi, empat bank yang masuk jajaran kasta tertinggi yakni KBMI IV meliputi BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), BNI (BBNI), dan BCA (BBCA) menjadi pengelola terbesar aset perbankan Tanah Air hingga September 2024. Jika diakumulasi, keempat bank tersebut menguasai 49,73% aset perbankan RI.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total aset perbankan di Indonesia per September 2024 mencapai Rp12.147,17 triliun, tumbuh 8,12% secara tahunan (YoY).
Sebanyak empat bank jumbo atau bank bermodal inti lebih dari Rp70 triliun menguasai hampir setengah dari total aset perbankan Indonesia, yakni 49,73% atau sebesar Rp6.040,24 triliun, naik 7,65% YoY dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp5.610,95 triliun.
Berikut kinerja bank-bank jumbo terbaru atau per Oktober 2024:
BCA
Berdasarkan laporan keuangan bulanan, PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) mencatatkan laba bersih Rp46,23 triliun pada Oktober 2024, dengan pertumbuhan sebesar 14,91% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp40,23 triliun.
Adapun, capaian laba ini terdorong pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 9,11% yoy mencapai Rp63,66 triliun dari sebelumnya Rp58,35 triliun. Pertumbuhan ini menjadikan BCA sebagai bank dengan kenaikan laba tertinggi di kelompoknya dan menjadi peraih laba terbesar di antara bank jumbo lainnya.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, pada prinsipnya BCA terus menjajaki berbagai kesempatan untuk melakukan penyaluran kredit ke berbagai segmen, serta memperkuat platform perbankan transaksi secara berkelanjutan guna memperkokoh pendanaan.
“Ke depan, sejalan dengan perkembangan kondisi ekonomi, BCA akan senantiasa mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor, dengan senantiasa mempertimbangkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan dinamika makro ekonomi domestik maupun global,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga berupaya menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko.
BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) yang membukukan laba sebesar Rp45,73 triliun pada Oktober 2024, meningkat 5,31% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp43,42 triliun pada Oktober 2023. Besaran laba ini menjadi yang paling tinggi di antara kelompok bank milik pemerintah lainnya.
Adapun, NII BRI mencapai Rp92 triliun pada Oktober 2024, naik tipis 1,58% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp90,58 triliun pada Oktober 2023.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan keoptimisannya untuk menutup 2024 dengan capaian positif, utamanya dengan fokus memperkuat fundamental kinerja dan membentuk ketangguhan sehingga BRI selalu siap menghadapi berbagai tantangan, baik yang berasal dari global maupun domestic.
“Ke depan, BRI akan terus mengelola likuiditas yang prudent untuk memastikan BRI siap menghadapi tantangan ekonomi global maupun domestik. Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat, BRI masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik,” ujar Sunarso.
Bank Mandiri
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menempati urutan ketiga dengan raihan laba, yakni sebesar Rp43,06 triliun, naik 6,29% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp40,51 triliun pada Oktober 2023. Pada saat yang sama, NII Mandiri naik 4,93% yoy menjadi Rp62,22 triliun pada Oktober 2024.
BMRI sebelumnya masih melihat bahwa faktor likuiditas di pasar masih menjadi tantangan utama, sehingga perseroan akan menjaga tingkat LDR pada level yang optimal.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan dengan mendorong pertumbuhan CASA transaksional melalui optimalisasi digital channel seperti, Kopra, Livin dan Livin Merchant diharapkan dapat membuat biaya dana alias cost of fund dapat diturunkan secara simultan.
“Selain itu strategi penguasaan bisnis berbasis ekosistem mulai dari segmen wholesale hingga segmen retail akan terus kami fokuskan hingga akhir tahun 2024 dan sepanjang tahun 2025 juga untuk menghasilkan portfolio bisnis yang lebih sustain dan berkualitas,” katanya dalam Konferensi Pers Kuartal III/2024, Rabu (30/10/2024).
BNI
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (BBNI) dengan laba Rp18,07 triliun per Oktober 2024, tumbuh 4,29% yoy dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp17,33 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Laba BBNI tersebut dijaga tetap tumbuh meskipun NII bank terkoreksi 5,07% yoy menjadi Rp32,25 triliun pada Oktober 2024 dari Rp33,98 triliun pada Oktober 2023.
Menilik laporan keuangan perseroan, salah satu yang menopang laba BBNI itu, yakni pendapatan lainnya yang tumbuh cukup signifikan hingga 24,77% yoy menjadi Rp4,75 triliun dari posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya Rp3,8 triliun.
Sementara itu, BNI memproyeksikan pendapatan bunga bersih (NII) perseroan baru akan membaik pada kuartal II/2025.
Meskipun Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan menjadi 6% pada September 2024, akan tetapi perlu jeda waktu sebelum perubahan suku bunga tersebut memengaruhi kinerja perbankan.
“Suku bunga turun, NII harusnya membaik karena cost-nya harus turun. Tapi lagi-lagi saya bilang, mungkin akan membaik di kuartal II tahun depan lah,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar.
Menurutnya, era suku bunga tinggi telah menyebabkan kenaikan beban bunga bank, sementara itu pada saat yang sama pendapatan bunga tetap stabil lantaran suku bunga kredit yang sulit dinaikkan. Akibatnya, cost terus meningkat tanpa diimbangi oleh kenaikan pendapatan yang sepadan. “Sekarang kan cost-nya mulai bergerak turun. Jadi NII makin membaik,” ungkapnya.