Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank UOB Indonesia optimistis pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat mencapai level dobel digit pada tahun depan. Namun, proyeksi tersebut masih berada pada kisaran moderat mengingat sejumlah tantangan ekonomi yang dihadapi.
Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret menjelaskan bahwa DPK UOB Indonesia tumbuh mencapai 10–15% sepanjang tahun ini.
Dia mengungkapkan meskipun kondisi ekonomi saat ini sulit bagi sebagian masyarakat, namun segmen menengah ke atas masih menunjukkan pertumbuhan tabungan yang positif.
“Kondisi lumayan sulit enggak? Betul, karena tadi ya, ada konsep makan tabungan untuk kalangan menengah ke bawah, tapi kalangan yang menengah ke atas itu tabungannya masih grow [tumbuh],” ujarnya dalam Konferensi Pers Peluncuran UOB Saving Weeks, Senin (2/12/2024).
Adapun, sikap optimistis dari UOB Indonesia sendiri terdorong oleh keyakinan bahwa kondisi sulit justru membuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya menabung kian meningkat untuk menghadapi kemungkinan yang tidak terduga.
Dengan demikian, bank yang merupakan bagian dari kelompok keuangan Singapura ini berkomitmen untuk terus mendukung peningkatan literasi keuangan masyarakat melalui berbagai aktivitas guna mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan keuangan yang baik.
Baca Juga
“Kami optimis dobel digit, tapi mungkin gak dobel digit besar ya,” ujarnya.
Lebih lanjut, saat disinggung mengenai dampak kenaikan tarif PPN dari 11% menjadi 12% terhadap belanja masyarakat, Vera menyatakan bahwa hal ini bisa berbeda-beda tergantung kelompoknya.
“Tapi kalau ngomong belanja harian, makan gitu ya misalnya makan Rp100.000, biasanya 11% kan Rp11.000 jadi Rp12.000 beda enggak seribunya? Sebenernya kurang terlalu berasa ya. Mungkin akan sangat berasa pada saat kita ngomongin nominal yang lebih besar untuk usaha, untuk bisnis gitu ya, itu akan jauh lebih besar,” ujarnya.
Menurutnya, dampak kenaikan PPN lebih terasa pada transaksi dengan nominal yang lebih besar, seperti Rp1 miliar, Rp10 miliar, atau bahkan Rp1 triliun.
“11% ke 12% akan sangat signifikan, dan perubahan ini mungkin akan berdampak lebih banyak ke bisnis yang jauh lebih besar dibandingkan ke perorangan,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan data Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), penghimpunan DPK pada Oktober 2024 hanya tumbuh 6% YoY setelah bulan sebelumnya yakni September 2024 tumbuh sebesar 6,7%. Dari sisi nilai, DPK pada periode Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun dari September 2024 yang tercatat Rp8.434,1 triliun.