Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan syariah per Desember 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 10,11% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp27,43 triliun. Peningkatan ini didukung oleh kenaikan pembiayaan investasi serta pembiayaan jasa yang terus mengalami pertumbuhan.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman mengatakan bahwa tren positif ini diperkirakan akan terus berlanjut pada 2025.
“Pembiayaan syariah diperkirakan masih akan terus tumbuh positif pada 2025, antara lain didorong oleh diversifikasi dan penambahan produk pembiayaan syariah baru,” kata Agusman dalam jawaban tertulis pada Selasa (19/2/2025).
Secara keseluruhan, piutang pembiayaan dari Perusahaan Pembiayaan (PP) juga mencatat pertumbuhan sebesar 6,92% YoY per Desember 2024, meski sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,27% YoY.
Total piutang pembiayaan ini mencapai Rp503,43 triliun, dengan pembiayaan investasi menjadi pendorong utama setelah tumbuh 10,47% YoY.
Dari sisi risiko, profil keuangan perusahaan pembiayaan tetap terjaga dengan rasio nonperforming financing (NPF) gross tercatat sebesar 2,70%, sedikit lebih baik dibandingkan November 2024 yang berada di level 2,71%. Sementara itu, NPF net juga mengalami penurunan menjadi 0,75% dari sebelumnya 0,81%.
Meski demikian, gearing ratio perusahaan pembiayaan mengalami kenaikan tipis menjadi 2,31 kali dari 2,30 kali pada bulan sebelumnya, tetapi masih jauh di bawah batas maksimum yang ditetapkan, yakni 10 kali.
Dalam aspek kepatuhan, OJK mencatat bahwa masih terdapat empat dari 146 perusahaan pembiayaan yang belum memenuhi ketentuan ekuitas minimum sebesar Rp100 miliar. Selama Januari 2025 OJK telah menjatuhkan sanksi administratif kepada 27 perusahaan pembiayaan yang dinilai melanggar ketentuan.
“OJK berharap upaya penegakan kepatuhan dan pengenaan sanksi tersebut dapat mendorong pelaku industri sektor PVML meningkatkan aspek tata kelola yang baik, kehati-hatian, dan pemenuhan terhadap ketentuan yang berlaku sehingga pada akhirnya dapat berkinerja lebih baik dan berkontribusi secara optimal,” tutup Agusman.
Diberitakan sebelumnya, beberapa perusahaan multifinance mencatatkan peningkatan piutang pembiayaan per akhir 2024.
PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) atau Adira Finance misalnya yang mencatat penyaluran pembiayaan syariah mencapai sekitar Rp13 triliun pada akhir 2024.
Angka tersebut tumbuh 3% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Chief Financial Officer Adira Finance, Sylvanus Gani, menambahkan bahwa pembiayaan syariah terus menunjukkan tren yang baik dan berkontribusi signifikan terhadap keseluruhan bisnis perusahaan.
Penyaluran pembiayaan baru dengan skema syariah mencapai 21% dari total penyaluran pembiayaan Adira Finance pada 2024.
“Tahun 2025, kelanjutan inisiatif akan terus dilakukan sebagai upaya untuk membangun kesadaran pasar akan produk-produk perusahaan yang berbasiskan syariah,” kata Gani kepada Bisnis, pada Senin (17/2/2025).
Sejalan dengan strategi pengembangan pembiayaan berbasis syariah, Adira Finance menargetkan pertumbuhan piutang pembiayaan syariah di kisaran 6%–8% pada 2025. Untuk mendukung pendanaan, perusahaan juga sedang mempersiapkan inisiatif Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB), termasuk penerbitan sukuk.
Kemudian, PT Mandiri Utama Finance (MUF) yang mencatat porsi pembiayaan syariah terhadap total pembiayaan perusahaan mencapai sekitar 18,5% hingga akhir 2024.
Adapun MUF mencatat total penyaluran mencapai Rp21,6 triliun hingga akhir 2024, yang mengalami peningkatan 4,5% secara tahunan. Artinya penyaluran pembiayaan syariah mencapai sekitar Rp3,9 triliun.
Selain itu, Direktur Utama MUF, Stanley Setia Atmadja, mengatakan pembiayaan syariah juga mengalami peningkatan sebesar 11% dibandingkan capaian tahun 2023.
“Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap pencapaian ini antara lain peningkatan kerja sama dengan dealer, showroom, dan mitra,” kata Stanley kepada Bisnis pada Minggu (16/2/2025).
Selain itu, Stanley mengtakan sinergi dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), baik untuk captive market maupun untuk skema pembiayaan bersama (joint financing), serta optimalisasi digitalisasi layanan melalui platform BSI OTO juga menjadi pendorong.
Namun demikian, ada juga perusahaan yang mencatatkan penurunan penyaluran pembiayaan syariah. PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) mencatatkan penyaluran pembiayaan baru berbasis syariah senilai Rp3,27 triliun. Angka tersebut mengalami penurunan 40,36% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp4,59 triliun.
Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman, mengatakan mayoritas nasabah perseroan lebih memilih pembiayaan konvensional.
“CNAF mengamati kecenderungan tersebut dalam kinerja pembiayaan baru yang disalurkan selama periode tersebut,” kata Ristiawan kepada Bisnis, pada Minggu (16/2/2025).
Adapun pembiayaan baru syariah perusahaan pada 2024 mengambil porsi sebesar 33% dari total keseluruhan pembiayaan baru CNAF yakni sebesar Rp 9,96 Triliun.
Meskipun penyaluran pembiayaan baru berbasis syariah mengalami penurunan, CNAF mencatat pertumbuhan positif secara keseluruhan. Pembiayaan baru, baik syariah maupun konvensional, tumbuh sebesar 11,4% apabila dibandingkan pada 2023 yakni Rp8,94 triliun.
Namun demikian, Ristiawan menyebut CNAF masih tetap optimistis dengan prospek pertumbuhan pembiayaan syariah pada 2025.
Dia mengatakan CNAF melihat proyeksi pertumbuhan untuk pembiayaan syariah masih sangat berpeluang dikarenakan populasi umat muslim di Indonesia cukup besar sehingga sangat memungkinkan sekali untuk dapat menyalurkan pembiayaan berbasis syariah.
“Ke depannya, masih akan sangat wajar sekali prospek pembiayaan syariah akan terus meningkat baik di Indonesia maupun di CNAF,” katanya.