Bisnis.com, JAKARTA— Sejumlah perusahaan asuransi jiwa secara garis besar mengalami penurunan tingkat Risk Based Capital (RBC) dalam laporan keuangan bulanan per Desember 2024 yang belum diaudit. Bahkan salah satu perusahaan asuransi jiwa, PT Asuransi Jiwa Reliance, yang pada 2023 masih mencatatkan RBC positif sebesar 121,62%, kemudian terperosok hingga -102,37% pada 2024.
Menanggapi hal ini, pengamat asuransi Dedy Kristianto menegaskan bahwa penurunan RBC yang drastis menunjukkan adanya permasalahan fundamental di perusahaan asuransi.
Meski demikian, Dedy menekankan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan RBC, di antaranya penurunan kondisi keuangan perusahaan, ketidakpastian ekonomi global, penurunan kualitas aset perusahaan asuransi, kenaikan risiko liabilitas yang harus ditanggung, serta bisa juga karena banyaknya ekspansi bisnis.
“Penurunan RBC pada suatu perusahaan asuransi menunjukkan bahwa perusahaan itu tidak baik-baik saja,” kata Dedy kepada Bisnis, pada Senin (24/2/2025).
Dia juga berpendapat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator juga diharapkan mencegah dampak yang bisa mengguncang industri asuransi secara keseluruhan dari pengawasan besaran RBC.
“OJK harus mampu segera bertindak dan mengantisipasi adanya risiko sistemik yang akan berdampak pada industri asuransi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan penurunan RBC tidak hanya terjadi pada satu perusahaan asuransi, namun beberapa perusahaan. Ini nantinya akan menjadi bola salju yang menggelinding jika tidak ditangani secara baik,” kata Dedy.
Baca Juga
Menurutnya, industri asuransi kini dihadapkan pada berbagai tantangan besar, termasuk penerapan IFRS 17, penerapan modal minimum baru sesuai Peraturan OJK (POJK) Nomor 23 tahun 2023, serta pembatalan Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Dengan munculnya permasalahan baru terkait RBC, tekanan terhadap industri semakin berat.
Untuk menjaga RBC tetap sehat, Dedy menilai bahwa perusahaan asuransi perlu segera mengambil langkah-langkah strategis. Beberapa di antaranya adalah penambahan modal dari para pemegang saham, melakukan review atas seleksi risiko yang dilakukan perusahaan, hingga efisiensi di segala bidang usaha.
“Selain itu melihat kembali claim ratio yang terjadi, product review mana-mana saja yang ternyata merupakan produk rugi bagi perusahaan, serta masih banyak lagi yang bisa dilakukan,” paparnya.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan perusahaan asuransi jiwa per Desember 2024, beberapa perusahaan mencatatkan RBC tertinggi. Seperti halnya PT PFI Mega Life Insurance yang mencatatkan RBC sebesar 1.867%, meskipun mengalami penurunan dari 1.982% per Desember 2023.
Disusul oleh PT MSIG Life Insurance Tbk dengan 1.838,60%, yang juga mengalami penurunan dari 2.014%. Kemudian, PT Panin Dai-Ichi Life dengan RBC 1.125% per Desember 2024, turun dari 1.299%.
Posisi kelima terdapat PT Hanwha Life Insurance Indonesia dengan RBC 1.010,77% yang juga mengalami penurunan 1.147%. Meskipun mengalami penurunan, mayoritas perusahaan asuransi jiwa masih berada dalam kondisi keuangan yang sehat dengan RBC jauh di atas ketentuan minimal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120%.
Di sisi lain, PT Asuransi Jiwa Reliance Indonesia menjadi sorotan utama karena mengalami penurunan ekstrem. Tahun 2023, perusahaan ini masih mencatatkan RBC positif sebesar 121,62%, sedikit di atas batas OJK. Namun, pada 2024, angka tersebut anjlok hingga -102,37%, menandakan defisit besar dalam kecukupan modal.
Berikut daftar lengkap RBC perusahaan asuransi jiwa per Desember 2024:
Nama Perusahaan |
RBC 2024 |
RBC 2023 |
PT PFI Mega Life Insurance |
1.867% |
1.982% |
PT MSIG Life Insurance |
1.838% |
2.014% |
PT Asuransi Jiwa SeaInsure |
1.672% |
1.852% |
PT Panin Dai-Ichi Life |
1.125% |
1.299% |
PT Hanwha Life Insurance Indonesia |
1.010% |
1.147% |
PT Asuransi Simas Jiwa |
820% |
931% |
PT China Life Insurance Indonesia |
803% |
1.321% |
PT BNI Life Insurance |
796% |
680% |
PT Chubb Life Insurance |
718,18% |
858,73% |
PT Victoria Alife Indonesia |
707% |
801% |
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia |
689% |
642% |
PT Axa Mandiri Financial Services |
554% |
519% |
PT Sun Life Financial Indonesia |
482% |
493% |
PT Asuransi Jiwa Sequis Life |
481% |
515% |
PT Asuransi Central Asia |
460,07% |
372,33% |
PT Asuransi BRI Life |
434,56% |
527,83% |
PT Asuransi Jiwa BCA |
433,08% |
436,60% |
PT Prudential Life Assurance |
418% |
470% |
PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia |
354% |
325% |
PT Perta Life Insurance |
347% |
303% |
PT Heksa Solution Insurance |
341% |
366% |
PT Zurich Topas Life |
320% |
379% |
PT Asuransi Jiwa Astra |
293% |
246% |
PT AIA Financial |
292% |
434% |
PT Great Eastern Life Indonesia PT Asuransi Jiwa Taspen |
290% |
289% |
PT Great Eastern Life Indonesia |
285% |
348% |
PT Asuransi Allianz Life Indonesia |
259% |
288% |
PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya |
253% |
247% |
PT Equity Life Indonesia |
243% |
246% |
PT Capital Life Indonesia |
217% |
324% |
PT Asuransi Ciputra Indonesia |
216% |
262% |
PT FWD Insurance Indonesia |
185% |
259% |
PT MNC Life Assurance |
185% |
195% |
PT Asuransi Jiwa IFG |
182% |
130% |
PT Asuransi Jiwa Nasional |
177% |
191% |
PT Bhinneka Life Indonesia |
162% |
245% |
PT Indolife Pensiontama |
156% |
133% |
PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia |
156% |
463% |
PT Pacific Life Insurance |
138% |
173% |
PT Asuransi Jiwa Reliance Indonesia |
-102% |
121% |