Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) alias BRI mengungkapkan strategi perbaikan yang akan dilakukan perseroan usai mengalami tekanan kinerja pada awal tahun ini.
BRI membukukan laba bersih sebesar Rp2,01 triliun pada Januari 2025, terkoreksi 58,33% secara tahunan (year on year/YoY) dari capaian pada Januari 2024 yang sebesar Rp4,82 triliun. Laba operasional juga turun dari Rp6,48 triliun menjadi Rp2,62 triliun.
Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BRI menyebut telah menerapkan perbaikan di sisi pemilahan kredit, Key Performance Indicator (KPI), serta manajemen portofolio untuk memastikan pertumbuhan memiliki kualitas yang baik dan profitabilitas yang optimal.
“Upaya yang telah dilakukan antara lain penerapan credit scoring yang semakin granular sesuai risk profile nasabah,” tulis dokumen yang disampaikan Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi, dikutip Rabu (4/3/2025).
Lebih lanjut, BRI juga melakukan peningkatan digitalisasi proses bisnis dan prakarsa kredit untuk meningkatkan monitoring risiko. Utilisasi database yang lebih terintegrasi digalakkan dalam rangka meningkatkan manajemen risiko.
Selain itu, perseroan melakukan penguatan jajaran manajemen risiko di unit kerja, serta KPI yang difokuskan pada pengelolaan kualitas kredit.
Upaya lainnya adalah restrukturisasi kredit yang selektif untuk membantu nasabah yang terdampak tekanan dari sisi makroekonomi, tetapi masih memiliki potensi usaha, cashflow, dan karakter yang baik.
Terkait beban pencadangan alias impairment yang naik dari Rp1,95 triliun pada Januari 2024 menjadi Rp5,63 triliun pada Januari 2025, manajemen BRI memerinci bahwa Rp5,48 triliun di antaranya masuk dalam aset keuangan kategori pinjaman dan pembiayaan (loan). Sementara itu, Rp147 miliar berada di luar kategori tersebut (non-loan).
“Pencadangan tersebut dibentuk dalam rangka percepatan penyelesaian Portofolio Kredit Restrukturisasi Covid-19, serta dalam rangka front-loading pencadangan kredit yang terindikasi memiliki potensi penurunan kualitas di tahun 2025,” lanjut manajemen.
Di samping itu, BRI memastikan bahwa indikator kesehatan bank tercatat kuat, sehat, dan stabil per Januari 2025. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) per Januari 2025 yang sebesar 24,45%, jauh di atas ambang batas sebesar 14,63%.
Terkait kredit bermasalah (non-performing loan/NPL), rasio NPL Gross BRI berada pada level 3,13%, dengan NPL Nett sebesar 0,83%. Dari sisi likuiditas, loan to deposit ratio (LDR) yang berada pada level 88,92% disebut mencerminkan upaya optimalisasi pengelolaan balance sheet.
“Adapun rasio likuiditas perseroan lainnya yaitu LCR sebesar 155% dan NSFR 125,17% per Januari 2025, jauh lebih tinggi dari limit Otoritas Jasa Keuangan minimal sebesar 100%,” jelas BRI.