Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menduga klaim surrender produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit linked berkaitan dengan kondisi daya beli masyarakat.
Berdasarkan data AAJI, klaim surrender asuransi jiwa alias nilai polis yang diterima nasabah karena menghentikan kontrak pertanggungan asuransinya di tengah periode sampai akhir 2024 tercatat sebesar Rp77,15 triliun. Klaim surrender tersebut didominasi oleh produk unit linked sebesar 74,5%.
Fauzi Arfan, Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, GCG AAJI mengatakan beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan klaim surrender unit linked antara lain daya beli masyarakat yang masih dalam tahap pemulihan. Menurutnya hal ini menjadi tantangan dalam pemasaran unit linked, terutama karena premi pada produk ini cenderung lebih tinggi dibandingkan produk tradisional akibat adanya biaya pengelolaan investasi.
"Kebutuhan likuiditas nasabah, di mana banyak yang memilih melakukan surrender polis untuk memenuhi kebutuhan mendesak, seperti pendidikan atau kebutuhan finansial lainnya," kata Fauzi kepada Bisnis, Kamis (13/3/2025).
Faktor lainnya, Fauzi menduga klaim surrender unit linked juga karena kurangnya pemahaman terkait karakteristik produk asuransi-investasi ini. Terutamanya sebagian nasabah tidak sepenuhnya memahami bahwa unit linked adalah produk dengan manfaat jangka panjang, bukan instrumen investasi jangka pendek.
"Meskipun ada peningkatan klaim surrender, hal ini tidak serta merta mencerminkan penurunan kepercayaan terhadap produk unit linked. Edukasi yang lebih intensif serta strategi inovasi produk diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan minat masyarakat terhadap PAYDI ke depan," ujarnya.
Baca Juga
Sejalan dengan banyaknya nasabah unit linked putus kontrak polis, premi dari unit linked per akhir 2024 mengalami kontraksi 11,5% YoY menjadi Rp75,03 triliun. Meski turun, Fauzi menegaskan AAJI tetap optimis bahwa pemasaran unit linked akan terus membaik di tahun ini.
Setidaknya ada tiga alasan yang mendukung optimisme tersebut. Pertama, implementasi regulasi baru terkait pemasaran unit linked,yang meningkatkan transparansi dan perlindungan bagi pemegang polis.
Kedua, peningkatan literasi keuangan masyarakat yang membuat mereka lebih memahami manfaat jangka panjang PAYDI.
Ketiga, inovasi produk yang lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta profil risiko nasabah.
"Namun, tantangan terkait daya beli masyarakat tetap menjadi perhatian. Untuk itu, AAJI mendorong perusahaan asuransi jiwa untuk terus berinovasi, termasuk menawarkan produk PAYDI dengan struktur biaya yang lebih efisien dan fitur yang lebih fleksibel, sehingga tetap dapat menjangkau masyarakat luas tanpa mengurangi manfaat perlindungan yang diberikan," pungkasnya.