Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mendorong pelaku anggotany untuk semakin cermat dalam menyusun strategi investasi di tengah gejolak pasar modal yang kian tinggi pascalibur panjang Idulfitri 2025. Strategi investasi ini penting demi menjaga kesehatan keuangan perusahaan dan perlindungan optimal bagi pemegang polis.
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menegaskan bahwa saat ini industri perlu mempertimbangkan instrumen investasi yang lebih stabil dan berisiko rendah untuk menghadapi tekanan pasar yang sedang berlangsung.
“Dalam situasi gejolak pasar modal yang tinggi seperti sekarang ini, industri asuransi jiwa sebaiknya mempertimbangkan instrumen investasi dengan karakteristik yang lebih stabil dan risiko yang lebih terukur,” kata Togar kepada Bisnis, pada Rabu (9/4/2025).
Salah satu instrumen yang dinilai paling sesuai dengan karakteristik bisnis asuransi jiwa adalah Surat Berharga Negara (SBN), yang menawarkan stabilitas imbal hasil dan profil tenor jangka panjang.
Menurut Togar, hal ini sejalan dengan kebutuhan industri asuransi jiwa dalam memenuhi kewajiban jangka panjang terhadap nasabah. Togar juga menambahkan bahwa strategi investasi perusahaan asuransi telah diatur secara rinci melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 5 Tahun 2023 dan Surat Edaran OJK Nomor 5/SEOJK.05/2022.
Kedua regulasi ini mengatur batasan dan pedoman investasi untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan serta melindungi kepentingan pemegang polis.
Baca Juga
“Dengan strategi investasi yang cermat, disiplin, dan adaptif terhadap kondisi pasar, industri asuransi jiwa dapat terus menjaga kestabilan keuangan dan memenuhi kewajiban jangka panjang kepada nasabahnya,” kata Togar.
Berdasarkan data AAJI per Desember 2024, total investasi industri asuransi jiwa pada instrumen saham tercatat sebesar Rp133,99 triliun atau sekitar 24,7% dari total portofolio investasi.
Angka ini mengalami penurunan sebesar 10,8% secara tahunan (year on year / YoY), sejalan dengan data OJK yang menunjukkan tren penurunan nilai investasi saham pada periode yang sama.
Penurunan ini mencerminkan upaya perusahaan asuransi dalam menyusun strategi investasi yang lebih hati-hati di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.
Gejolak pasar tercermin dari anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan Selasa (8/4/2025), yang turun drastis 9,19% ke level 5.912,06.
Koreksi sebesar 598,55 poin ini hanya menyisakan sembilan saham yang menguat, sementara 552 saham melemah dan 65 stagnan. Tekanan tersebut terjadi di tengah sentimen negatif global, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor 10% terhadap seluruh negara pada 2 April lalu.
Kebijakan ini memicu penurunan tajam di berbagai indeks saham global, seperti CCMP Index di NASDAQ (-11,44%), SPX Index di S&P 500 (-10,53%), dan DJI Index di Dow Jones (-9,26%). Namun, pada perdagangan Rabu (9/4/2025), IHSG sempat memantul ke zona hijau.
Bursa Efek Indonesia mencatat IHSG dibuka di level 5.978,44 dan menguat 0,9% ke posisi 6.049,82. Sebanyak 184 saham menguat, 159 saham melemah, dan 203 saham stagnan. Saham-saham big caps seperti BBCA, BMRI, dan TLKM mengalami penguatan, sementara saham teknologi seperti GOTO dan PANI masih melanjutkan tren koreksi.