Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BCA Bicara soal Tren Pelemahan Harga Saham Perbankan

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberikan pandangan mengenai tren pelemahan kinerja saham emiten perbankan.
Presiden Direktur BCA (BBCA) Jahja Setiaatmadja dalam Konferensi Pers Kinerja Semester I/2024, Rabu (24/7/2024)/tangkapan layar
Presiden Direktur BCA (BBCA) Jahja Setiaatmadja dalam Konferensi Pers Kinerja Semester I/2024, Rabu (24/7/2024)/tangkapan layar

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja angkat bicara mengenai tren penurunan harga saham perbankan

Jahja menyampaikan bahwa koreksi tersebut tidak hanya dialami oleh BCA, tetapi juga oleh bank-bank besar lainnya, baik BUMN, maupun swasta.

Dia menjelaskan penurunan tersebut dipicu oleh ketidakpastian global, salah satunya akibat kebijakan tarif baru dari mantan Presiden Amerika Serikat yairu Donald Trump, selama masa libur panjang Lebaran. 

Saat itu Trump mengumumkan ada tambahan tarif bea masuk untuk negara-negara dengan neraca dagang yang dianggap merugikan Amerika. Adapun Indonesia dipasang 32% untuk tarif bea masuk. 

"Maka saat pasar dibuka kembali pada 8 dan 9 April, langsung terjadi koreksi besar di sektor perbankan," kata Jahja dalam konferensi pers BCA pada Rabu (23/4/2025). 

Dia menyebut, reaksi spontan investor terhadap ketidakpastian adalah melakukan aksi jual. Apalagi dengan kebijakan Trump yang berimbas kepada gerak perekonomian.

Meski begitu, Jahja optimistis terhadap prospek jangka menengah hingga panjang. Menurutnya, saham-saham dengan fundamental kuat akan mengalami pemulihan setelah mencapai titik terendah. "Perusahaan dengan kinerja fundamental yang baik pasti akan mulai diakumulasi lagi, termasuk BCA."

Adapun, Jahja menyampaikan juga jika BCA telah mengumumkan program pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp1 triliun yang mulai dilakukan pada pertengahan April. Namun, Jahja mengakui dampaknya masih belum terlalu signifikan.

Jahja menekankan bahwa fokus utama manajemen bukan pada harga saham semata, melainkan pada penguatan kinerja keuangan perusahaan. 

"Target kami adalah menjaga profitabilitas, return on asset, return on equity, rasio biaya terhadap pendapatan, dan kualitas aset. Kalau itu semua baik, harga saham akan mengikuti dengan sendirinya," tandasnya.

Terkait proyeksi harga saham BBCA ke depan, Jahja menyebut tidak menargetkan harga saham akan naik ke level tertentu. Fokus BCA, katanya adalah menjaga kinerja, bukan menjadi peramal yang menebak-nebak harga saham. 

Sepanjang kuartal I/2025, BCA membukukan laba bersih senilai Rp14,1 triliun atau naik 9,8% secara tahunan (year on year/YoY).

BBCA juga mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 12,6% YoY menjadi senilai Rp941 triliun. Kenaikan kredit tersebut didukung oleh pendanaan berkelanjutan dengan pertumbuhan CASA sebesar 8,3% YoY menjadi Rp979 triliun. Total DPK BCA tercatat naik 6,5% YoY mencapai Rp1.193 triliun. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper