Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara perihal industri perbankan digital yang masih menawarkan suku bunga deposito tinggi untuk mendorong penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memaparkan bahwa rerata tertimbang suku bunga DPK pada Maret 2025 secara keseluruhan masih meningkat secara tahunan. Hal ini tak terlepas dari penurunan suku bunga secara global yang baru terjadi pada September 2024, dengan laju yang disebutnya cukup terhambat.
“OJK melihat peningkatan suku bunga deposito bank digital masih dalam kondisi wajar. OJK memantau dengan seksama tren kenaikan suku bunga deposito, khususnya oleh bank digital yang tengah agresif menghimpun DPK,” katanya dalam jawaban tertulis Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK bulanan, Minggu (25/5/2025).
Kendati demikian, dia menggarisbawahi bahwa perbankan digital tetap harus memperhatikan prinsip manajemen risiko dan tata kelola yang baik dalam meningkatkan suku bunga dengan pertimbangan aspek bisnis.
Menurut Dian, hal ini mencakup pengelolaan risiko likuiditas dengan cermat, struktur dana yang sehat dan stabil, serta mengacu pada analisis risiko dan kemampuan bank.
Dia lantas menerangkan bahwa kondisi likuiditas perbankan saat ini memang mengalami sedikit penurunan, khususnya disebabkan pertumbuhan kredit bank yang lebih tinggi dibandingkan DPK.
“Namun demikian, kondisi likuiditas perbankan saat ini masih dalam kondisi terjaga sebagaimana terlihat dari beberapa rasio likuiditas yang berada di atas threshold, yaitu rasio alat likuid/non-core deposit [AL/NCD] dan alat likuid/dana pihak ketiga [AL/DPK] masing-masing sebesar 116,05% dan 26,22%,” lanjutnya.
Nasabah melakukan transaksi melalui aplikasi Allo Bank di Jakarta, Selasa (4/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Adapun, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa suku bunga deposito dan kredit perbankan masih tinggi, meskipun suku bunga acuan atau BI Rate telah diturunkan pada Januari lalu. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bahwa suku bunga deposito tenor 1 bulan tercatat sebesar 4,83% pada April 2025, meningkat dari 4,81% pada awal Januari 2025.
“Dengan kecenderungan sejumlah bank menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI secara virtual, Rabu (21/5/2025).
Itu sebabnya, BI memandang bahwa suku bunga perbankan perlu diturunkan agar turut mendorong pertumbuhan kredit. Bank sentral pun mengeluarkan sejumlah kebijakan sebagai upaya agar bank dapat memperluas pendanaan.
Dari sisi bank, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) menyatakan belum memiliki rencana untuk menyesuaikan suku bunga deposito dalam waktu dekat, di tengah dorongan Bank Indonesia agar perbankan menurunkan suku bunga kredit dan simpanan untuk memperkuat penyaluran kredit.
Presiden Direktur Allo Bank Indra Utoyo menjelaskan bahwa keputusan ini mempertimbangkan kondisi makroekonomi yang masih menantang, termasuk tekanan likuiditas yang tinggi dan persaingan DPK yang semakin ketat.
“Pada saat ini kami belum memiliki rencana untuk menyesuaikan suku bunga deposito, mengingat tekanan likuiditas yang masih tinggi dan kompetisi DPK yang cukup ketat,” katanya.
Sementara itu, bank digital besutan Kredivo Group yakni PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI) juga masih menawarkan bunga tinggi untuk membangun loyalitas nasabah.
Presiden Direktur Krom Bank Anton Hermawan menyebut bahwa penawaran deposito fleksibel dengan bunga hingga 8,75% per tahun memberikan kepastian imbal hasil saat banyak instrumen investasi bergerak fluktuatif.
“Selain itu, kami juga menaruh perhatian besar pada upaya membangun kepercayaan nasabah. Kepercayaan ini kami bangun melalui penerapan prinsip berbisnis secara prudent, agar kami mampu mencetak kinerja positif secara berkelanjutan,” katanya.